Foto-foto Kegiatan Peelitianku di SMK Negeri 1 Semarang
Chemistry Lovers
Kamis, 27 Agustus 2015
LKS Tata Nama Senyawa BIner
LEMBAR KERJA SISWA
TATA NAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOMIK
PADA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK
Kelompok :
Nama Siswa : 1.
2.
3.
4.
Kmpetensi Dasar :
Menerapkan aturan IUPAC untuk penamaan senyawa
anorganik dan organik sederhana
Indikator :
1.
Menentukan
senyawa biner dengan tepat dengan cara berdiskusi
2.
Menentukan senyawa poliatomik (asam, basa, dan garam) dengan cara
berdiskusi
3.
Menentukan senyawa organik sederhana dengan cara berdiskusi
Tujuan :
1.
Siswa dapat menuliskan nama senyawa biner dengan tepat setelah
berdiskusi dengan teman kelompoknya
2.
Siswa dapat menuliskan nama senyawa poliatomik (asam, basa, dan garam
dengan tepat setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya
3.
Siswa dapat menuliskan nama senyawa organik sederhana dengan tepat
setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya
Kerjakan soal-soal berikut ini
sungguh-sungguh dengan berdiskusi bersama teman kelompok kalian!
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tentukan nama senyawa biner anorganik
LiCl
Na2O
………………….
………………….
KCl
MgCl2
|
……………………….
……………………….
Barium Bromida
Kalsium Klorida
……………………….
……………………….
|
|
Bagaimanakah aturan pemberian nama pada
senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
|
II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tentukan nama senyawa biner organik
N2O
CO2
………………….
………………….
SO2
P2O4
|
………………………
………………………
Dikloro pentaoksida
Dibromo trioksida
……………………
……………………
|
|
Bagaimanakah aturan pemberian nama pada
senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
|
|
III
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tentukan nama senyawa poliatomik
Na2SO4
H2CO3
…………………….
…………………….
Ca(OH)2
LiOH
|
…………………..
…………………..
Asam nitrat
Kalium hidroksida
…………………..
…………………..
|
|
Bagaimanakah aturan pemberian nama pada
senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
|
|
IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Tentukan nama senyawa organik sederhana
CH4
C2H6
………………….
………………….
C2H4
C3H6
|
…………………..
…………………..
Propene
Butana
…………………..
…………………..
|
|
Bagaimanakah aturan pemberian nama pada
senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
|
“Selamat bekerja”
Analisis Air dan Bahan Makanan
LEMBAR JAWAB SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN
AJARAN GASAL 2014/2015
PRODI PENDIDIKAN IPA PPS UNNES
NAMA : DIAH IKA RUSMAWATI
NIM : 0402513007
PRODI : PEND. IPA S2 (KIMIA REGULER)
Nama Mata Kuliah : KIMIA ANALISIS AIR DAN BAHAN MAKANAN
Kode Mata Kuliah : P4025212
SKS :
2
Semester/Tahun : Gasal/ 2014-2015
Prodi/Jurusan : Pendidikan IPA / S2
Pengampu :
Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si. dan Dr. Sri Wardani, M.Si.
Hari/Tanggal : Senin-Rabu, 5-7 Januari 2015
1.
Limbah pabrik Polivinil Klorida
yang memakai Merkuri sebagai katalis langsung dibuang ke lingkungan yang
menimbulkan masyarakat keracunan Metil Merkuri.
Soal:
a.
Apa tanda-tanda orang keracunan
merkuri?
Jawab
Merkuri merupakan logam berat
yang biasa berada di dalam makanan, air dan udara yang kita hirup. Sebisa
mungkin seseorang harus menghindari merkuri masuk kedalam tubuh karena, bisa
memicu keracunan cepat atau lambat. Akan tetapi, biasanya kita tak bisa
mengontrol dan akhirnya mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri, dan air
yang kita minum dan udara yang kita hirup. Berikut adalah beberapa tanda-tanda
umum dari seseorang yang sudah keracunan merkuri, seperti dilansir naturalnews.
Gangguan
pencernaan
Banyak alasan memang saat seseorang mengalami gangguan
pencernaan. Tapi salah satu faktor umum yang bisa dipertimbangkan ialah
keracunan merkuri. Hal itu dimulai dari mengunyah makanan yang mengandung enzim
saliva. Hal itu karena kandungan itu secara bersamaan merangsang pelepasan
merkuri ke dalam tubuh. Merkuri itu pun akhirnya bercampur dengan makanan dan
bergerak ke saluran pencernaan.
Dalam perut, merkuri akan bergabung dengan asam klorida
dan menghasilkan klorida merkuri, yang dapat merusak lapisan perut dan membuat
bisul. Tak hanya itu, saat bertemu dengan "bakteri baik" di usus kita.
Hal itu akan membuat bakteri itu hancur di dalamnya, yang pada akhirnya
menciptakan gangguan pencernaan.
Gangguan
otak
Merkuri adalah lipofilik, yang berarti bergerak leluasa
dalam jaringan lemak. Seperti yang diketahui sebagian besar otak terdiri dari
lemak. Oleh karenanya, menjadi masuk akal bahwa saat seseorang keracunan
merkuri akan juga memengaruhi fungsi otaknya. Efek buruk dari keracunan merkuri
tak hanya orang dewasa saja, namun juga anak-anak.
Otot dan
nyeri sendi
Karena merkuri memiliki keleluasaan untuk bergerak dalam
jaringan lemak, dan akan cenderung menumpuk sepanjang waktu, hal itu akan
memengaruhi otot-otot tubuh. Umumnya, keracunan dari merkuri ialah nyeri sendi,
kekakuan dan pembengkakan otot. Tanda-tanda keracunan merkuri dalam sistem
muskuloskeletal terdiri otot lembut, otot cepat lelah, sendi jadi kaku,
otot-otot jadi kram, dan kelemahan otot. Hal itu sendiri sering dicap sebagai
arthritis, fibromyalgia dan multiple sclerosis.
Sumber:
Keracunan mercury (juga dikenal
sebagai hydrargyria atau mercurialism) adalah penyakit yang disebabkan oleh
paparan merkuri atau senyawanya. Mercury (simbol kimia Hg) merupakan logam
berat yang terjadi dalam beberapa bentuk, yang semuanya dapat menghasilkan efek
racun dalam dosis cukup tinggi. oksidasi nol Hg negara ada
sebagai uap atau sebagai logam cair, negara mercurous yang Hg+ ada
sebagai garam anorganik, dan merkuri negaranya Hg2+ bisa terbentuk
baik garam anorganik atau senyawa organomercury; tiga kelompok bervariasi dalam
efek. Efek racun termasuk kerusakan pada ginjal, otak, dan paru-paru keracunan
Merkuri dapat menyebabkan beberapa penyakit, termasuk acrodynia (penyakit
pink), sindrom Hunter-Russel, dan penyakit Minamata. Gejala
biasanya mencakup gangguan sensorik (penglihatan, pendengaran, kemampuan
bicara), sensasi terganggu dan kurangnya koordinasi. Jenis dan derajat gejala
dipamerkan tergantung pada toksin individu, dosis, dan metode dan durasi
paparan.
Tanda dan gejala
Gejala umum dari keracunan merkuri
termasuk neuropati perifer (menyajikan sebagai paresthesia atau gatal, terbakar
atau nyeri), perubahan warna kulit (pipi merah muda, ujung jari dan jari kaki),
bengkak, dan desquamation (penumpahan kulit). Karena raksa blok jalur degradasi
katekolamin, menyebabkan berkeringat berlimpah epinephrine, takikardi (denyut
jantung terus-menerus lebih cepat dari normal), air liur meningkat, dan
hipertensi (tekanan darah tinggi). Merkurius diperkirakan untuk menonaktifkan
S-adenosyl-metionin, yang diperlukan untuk katabolisme katekolamin oleh
transferase katekol-o-metil.
Anak yang terkena bisa menunjukkan
pipi merah, hidung dan bibir, kehilangan rambut, gigi, dan kuku, ruam
transient, hypotonia (kelemahan otot), dan meningkatkan kepekaan terhadap
cahaya. Gejala lain mungkin termasuk disfungsi ginjal (misalnya sindrom Fanconi)
atau gejala neuropsikiatri seperti lability emosi, gangguan memori, atau
insomnia.
Sumber:
Tanda-tanda
dan gejala keracunan akibat tercemar merkurium
Akut :
Radang paru-paru (pnemonitis), bronchitis, rasa sakit pada dada (dada sesak), batuk, rasa seperti logam, mual, sakit pada bagian abdomen, daire dan muntah, sakit kepala, garis gelap pada gusi (karena merkurium sulfida), gigi lepas (copot), luka pada bibir dan dagu, gejala-gejala psikopatologis, otot gemetar.
Radang paru-paru (pnemonitis), bronchitis, rasa sakit pada dada (dada sesak), batuk, rasa seperti logam, mual, sakit pada bagian abdomen, daire dan muntah, sakit kepala, garis gelap pada gusi (karena merkurium sulfida), gigi lepas (copot), luka pada bibir dan dagu, gejala-gejala psikopatologis, otot gemetar.
Kronis (pada mulut dan
wajah)
Peradangan, gusi berasa tawar, radang gusi (gingivitis), gigi lepas
(copot) karena kerusakan rongga gigi, berkurang atau bertambahnya air liur,
Stomatitis (radang mulut) dan lidah gemetar, iritasi pada nasal, epistaxis
(perdarahan pada hidung), gangguan selera dan bau, kehilangan nafsu makan, wajah
terlihat pucat.
Gangguan syaraf
Gemetar pada kelopak mata dan otot jari, tangan dan kaki; penyakit
syaraf, paresthesias (rasa sakit seperti tertusuk dan geli pada kulit), kehilangan
keseimbangan, lutut yang terhentak-hentak secara berlebihan, refleksi plantar
yang berubah, berkeringat dan kemerah-merahan, perubahan kepribadian, eretisme
(ketidaknormalan emosi/terlalu peka), lekas marah, kritis, mudah terangsang, kemurungan
jiwa, kertekan, merasa malu, perasaan takut, murung, lelah, lemah, mudah
mengantuk, gangguan daya ingat.
Sumber:
Soal:
b.
Bagaimana cara analisis adanya
Mercuri di perairan, jelaskan dan beri salah satu contoh langkah-langkah analisis kualitatif dan
kuantitatif keberadaan merkuri.
Jawaban:
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar
(polutan) yang dapat berupa gas, bahan terlarut dan partikulat. Sumber pencemar
dapat berupa suatu lokasi tertentu atau tersebar. Sumber pencemar misalnya
knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri. Berdasarkan
cara masukya polutan ke dalam lingkungan sehingga dibagi dua kelompok, polutan
alamiah dan antropogenik. Polutan alamiah merupakan bahan pencemar yang memasuki
suatu lingkungan secara alami. Polutan jenis ini sukar dikendalikan. Polutan
antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia
misalnya kegiatan domestik, urban maupun industri. Intensitas polutan ini dapat
dengan mudah dikendalikan. Senyawa anorganik terdiri dari logam dan logam berat
yang pada umumnya bersifat toksik. Davis dan Cornwell (1991) dalam Effendi
(2003) mengemukakan bahwa bahan yang dianggap toksik adalah As, Ba, Cd, Cr, Pb,
Hg, Se dan Ag. Senyawa anorganik berasal dari limbah domestik dan industri.
Dalam tubuh makhluk hidup logam berat akan mengalami biokonsentrasi dan
bioakumulasi sehingga kadarnya semakin lama semakin besar. Logam berat juga
mengalami magnefikasi sehinga kadarnya berbanding lurus dengan posisi pada rantai
makanan. Logam berat pun menyebabkan gangguan proses fisiologis pada organisme
akuatik. Tumbuhan air dan algae dapat menyerap logam dalam konsentrasi tinggi
pada kondisi pH rendah.
Logam berat merupakan unsur yang memiliki berat valensi
tinggi. Klasifikasi logam berat sendiri kebanyakan berupa unsur-unsur berikut
As, Hg, Pb, Cd dan Cr. Dari 5 unsur tersebut yang memiliki sifat paling toksik
adalah Hg. Pada perairan alami, Hg hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Hg
merupakan satu-satunya logam yang berfasa cair dalam suhu normal. Hg terserap
dalam bahan-bahan partikulat dan mengalami presipitasi. Sumber alami Hg yang
paling umum adalah cinnabar (HgS). Selain itu mineral sulfida misalnya
sphalterite (ZnS), wurtzite (ZnS), chalcopyrite (CuFeS) dan galena (PbS) juga
mengandung Hg. Pelapukan bermacam-macam batuan dan erosi tanah dapat melepaskan
Hg dalam lingkungan perairan. Kadar Hg pada perairan tawar alami berkisar
antara 10 – 100 mg/L. Sedangkan pada laut berkisar < 10 – 30 mg/L. Hg
apabila masuk ke tubuh manusia akan terserap dalam usus dan terakumulasi dalam
ginjal dan hati. Metil merkuri diangkat oleh sel darah merah dan dapat
mengakibatkan kerusakan otak. Ion metil merkuri lima puluh kali lebiih toksik
dibandingkan garam-garam merkuri anorganik lainnya. Senyawa merkuri memiliki
masa retensi lebih lama di dalam tubuh manusia.
Analisis Kualitatif
Alat dan Bahan
a.
Alat yang digunakan
1)
Beaker glass
2)
Tabung reaksi dan raknya
3)
Pipet tetes
4)
Pipet ukur dan bulb
5)
Saluran gas
b.
Bahan yang diperlukan
1)
Contoh uji berupa air limbah
2)
Asam asetat
3)
Phyrite
4)
Beberapa jenis larutan asam
pekat
Cara Kerja
a.
Mempersiapkan 5 mL contoh uji
dalam tabung reaksi.
b.
Menambahkan beberapa tetes asam
asetat hingga tercapai kondisi pH rendah.
c.
Menambahkan gas melalui saluran
yang telah dipersiapkan (gas merupakan hasil reaksi phyrite dengan larutan asam
kuat).
d.
Mengamati perubahan yang
terjadi.
e.
Bila timbul endapan hitam
berarti contoh uji positif mengandung logam berat (Hg).
Sumber:
Analisis Kuantitatif
Alat dan Bahan
a.
Alat yang digunakan
1)
Neraca Analitik (Shimadzu
AW-220)
2)
Tanur (Sibata Acs-AN)
3)
Hot Plate(Lab Companion
HP-3000)
4)
Spektrofotometer Serapan Atom
(Shimadzu AA-6200) yang dilengkapi dengan computer
5)
Mercury Vaporise Unit (MVU)
(Shimadzu A-1)
6)
Blender (Philips Cucina
HR-1799)
7)
Peralatan gelas lain yang
digunakan dalam laboratorium.
b.
Bahan yang digunakan
1)
Amonium hidroksida
2)
Asam nitrat
3)
Asam sulfat
4)
Ditizon
5)
Hidroksilamin hidroklorida
6)
Natrium sulfide
7)
Kalium permanganate
8)
Kloroform
9)
Kristal kalium sianida
10)
Timah klorida
11)
Larutan standar merkuri
12)
Air suling (laboratorium
bapedalda)
13)
Sampel yang diperiksa dalam
penelitian ini adalah daging rajungan (portunus pelagicus) segar yang berasal
dari tempat pelelangan ikan (TPI) gabion.
Cara Kerja
Analisa kuantitatif dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan
Atom. Untuk logam merkuri kepekaan alat minimal 0,001 mcg/1, timbal 0,010
mcg/ml dan kadmium 0,004 mcg/ml.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Larutan Standar Merkuri
1)
Dari larutan standar merkuri
dengan konsentrasi 1000 mcg/ml dipipet sebanyak 10 ml.
2)
10 mL larutan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan sampai garis tanda dengan larutan HNO3
10% V/V
3)
Larutan dikocok homogen
sehingga diperoleh larutan merkuri dengan konsentrasi 100 mcg/ml.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Larutan Standar Merkuri
1)
Larutan kerja untuk pembuatan
kurva kalibrasi logam merkuri dibuat dengan memipet 0,0 ml; 0,25 ml; 0,50 ml;
0,75 ml; 1,00 ml; 1,25 ml larutan induk 100 mcg/ml lalu masing-masing
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
2)
Kemudian ditambahkan 50 ml
akuades bebas merkuri, ditambah 20 ml H2SO4 95-97% dan 20
ml KMnO45% b/v.
3)
Setelah itu ditambahkan
hidroksilamin hidroklorida 10% tetes demi tetes hingga warna ungu dari
permanganat hilang.
4)
Larutan ditepatkan sampai garis
tanda dengan air suling, lalu dikocok hingga homogen (larutan kerja ini
mengandung 0; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,25 mcg/ml merkuri).
5)
Kemudian masing-masing larutan
diukur serapannya pada panjang gelombang 253,6 nm dengan Spektrofotometri
Serapan Atom.
Analisis Logam Dalam
Sampel
1)
Larutan sampel yang berasal dari
hasil destruksi daging rajungan dimasukkan dalam tabung tertutup pada MVU yang
dilengkapi penghisap.
2)
Kemudian ditambahkan 5 ml SnCl210%
b/v dan diukur serapannya dengan Spektrofotometri Serapan Atom tanpa nyala pada
panjang gelombang 253,6 nm.
3)
Konsentrasi merkuri dalam
sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier dari kurva
kalibrasi. Kadar merkuri sebenarnya dapat dihitung dari konsentrasi tersebut,
menurut rumus di bawah ini:
Kadar merkuri (mg/kg) =
Sumber:
Lubis, H. dan Aman, C. 2008. Pemeriksaan Kandungan
Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal
dari TPI Gabion Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Majalah Kedokteran Nusantara. 41 (1).
Soal:
c.
Bagaimana cara pengobatan orang
yang keracunan Metil Merkuri? Apa dasarnya.
Jawaban:
Merkuri dalam bentuk yang mudah menguap (vapor
mercury) lebih cepat disebarkan ke seluruh tubuh dibandingkan bentuk
merkuri lainnya dan lebih menimbulkan efek beracun pada sistem syaraf pusat dan
bagian tubuh lainnya. Dengan cepat melewati penghalang blood-brain dan
terakumulasi di otak dan kelenjar pituitary yang menyebabkan kerusakan syaraf
dan sistem endokrin. Selain itu, juga bisa menembus membran sel termasuk
plasenta wanita hamil sehingga merkuri anorganik terakumulasi pada otak,
kelenjar pituitary, dan ginjal di janin yang sedang tumbuh. Riset lanjutan
mengatakan bahwa kondisi janin pada wanita hamil, ”ada bukti yang
mengindikasikan bahwa merkuri yang menguap 10 kali lebih beracun daripada metil
merkuri”.
Merkuri organik (metil mercury), ini adalah
bentuk uap merkuri yang telah dioksidasi atau dikonversikan menjadi bentuk
organik yang bioakumulasi pada otak, sistem syaraf pusat, hati, ginjal, jantung
dan lendir mulut. Kadar merkuri dalam otak dan jantung lebih tinggi setelah
tercemar oleh uap merkuri daripada bentuk merkuri lainnya.
Merkuri anorganik (inorganic mercury), hasil
temuan riset ternyata menguatirkan. Sementara uap merkuri dan metil merkuri
dapat melewati membran sel dan blood-brain barrier, sedangkan merkuri organik
tak dapat melewatinya. Merkuri anorganik pada otak (juga di jaringan syaraf
dalam tulang punggung) dapat menetap sangat lama, seringkali lebih dari 20
tahun.
Ada banyak sumber yang menyatakan bahwa sumber utama
merkuri pada kebanyakan orang adalah tambalan gigi amalgam, khususnya amalgam
yang tercampur dalam air liur. Kebanyakan merkuri dalam air liur adalah
organik, sejak bakteri mulut dan organisme lainnya dalam tubuh mengubah metil
merkuri anorganik menjadi bentuk merkuri organik. Dalam suatu riset, beberapa
orang di tes, yang tidak makan ikan ditemukan mempunyai kadar metil merkuri
yang tinggi. Merkuri dari amalagam mengandung metil yang disebabkan oleh
bakteri dan candida albicans yang terdapat di dalam mulut dan usus. Sekali saja
uap merkuri (metil merkuri) dikonversikan menjadi merkuri anorganik dalam sel
atau otak, maka merkuri tidak akan bisa keluar dari membran sel atau
blood-brain barrier. Merkuri mempunyai usia yang sangat panjang di otak
(mencapai 20 tahun), berdasarkan Swedish Medical Journal (1986).
Sumber:
Pencegahan
Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dalam
sistem bersekat rapat dan higine yang ketat hendaknya ditekankan di tempat
kerja. Lebih lanjut, penting pula dicegah:
1. Terlepasnya merkuri dari container
2. Penyebaran percikan merkuri di udara
3. Infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja
kerja (ini menyebabkan penguapan yang berlangsung lama).
Uap merkuri dan debu yang mengandung senyawa merkuri
hendaknya ditekan dengan langkah-langkah pengendalian teknis. Pada keadaan darurat
termasuk pajanan terhadap kadar merkuri yang tinggi, peralatan pelindung nafas
hendaknya dipakai. Batas-batas pajanan unsur merkuri berbeda di berbagai negara
antara 0,01 mg/m3 hingga 0,05 mg/m3. Batasan paparan berdasarkan
kesehatan yang dianjurkan oleh suatu Kelompok Studi WHO adalah 25 µg/g
kreatinin dalam kemih.
Pencegahan bila mungkin adalah substitusi merkuri dengan
bahan lain yang kurang berbahaya. Satu contoh substitusi, pembuatan cermin yang
dulu memakai amalgam timah putih diubah dengan menggunakan larutan amoniakal
perak nitrat, dan ternyata cermin yang dihasilkan lebih baik. Pencegahan harus dijalankan di tambang-tambang
tempat bijih merkuri
diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran basah,
dan pemakaian masker yang dapat menahan uap merkuri. Di pabrik-pabrik yang
membuat barometer dan termometer, lantai harus rata,
licin, tidak boleh retak sehingga kalau terjadi penumpahan merkuri akan segera
dapat dibersihkan. Ventilasi umum di pabrik-pabrik yang menggunakan merkuri tidaklah baik,
karena ventilasi memperhebat terjadinya penguapan merkuri. Pemeriksaan
kesehatan berkala, permasuk pemeriksaan gigi dan mulut sangat membantu dalam
menentukan keracunan sedini mungkin
(Lubis,2002).
Penanggulangan
Keracunan Akut
Tindakan gawat darurat pada keracunan
akut yaitu dengan melakukan pengurasan lambung dengan air atau usahakan untuk
muntah dan diberi obat cuci perut (Sartono,2002: 219-218). Atau berikan antidot
yaitu dimerkaprol dan dengan hemodialisis akan mempercepat pegeluaran kompleks
merkuri dengan dimerkaprol. Penggunaan silamin juga efektif. Baik dimerkaprol
maupun penisilamin, efektif terhadap efek neurologik dari senyawa alkil
merkuri. Antidot khelat terus diberikan sampai kadar merkuri dalam urin turun
di bawah 50 mikrogram/24 jam (Sartono,2002: 219-218).
Adapun tindakan umum yang biasa dilakukan, yaitu:
1.
atasi syok dan anuria yang terjadi
2.
setelah dilakukan endoskopi, atasi
luka yang terjadi pada saluran cerna. Peberian 12-22,5 mg neostigmin dan 2-3 mg
atropin sulfat setiap hari dalam dosis terbagi akan meningkatkan kekuatan otot
pada keracunan senyawa alkil merkuri yang dalam keadaan terlambat.
Keracunan Kronik
Hindari kontak lebih lanjut, berikan dimerkaprol dan atasi oliguria yang terjadi.tetap diberikan nutrisi (Sartono,2002:
219-218)
Sumber:
Soal:
d.
Bagaimana penanggulangan limbah
Merkuri?
Jawaban:
Kumamoto, Jepang, 10 Oktober 2013. Hari ini
delegasi dari 121 negara menandatangani konvensi tentang merkuri yang dinamakan
Konvensi Minamata. Penamaaan konvensi mencerminkan semangat bersama untuk tidak
mengulangi tragedi kemanusian akibat pencemaran merkuri di Teluk Minamata.
Merkuri atau yang dikenal dengan air raksa merupakan logam yang berbentuk cair
dalam suhu kamar, mudah menguap dan persisten. Merkuri pada saat ini masih
digunakan oleh berbagai industri seperti lampu, alat ukur (termometer,
sphygnometer), pertambangan emas skala kecil, dan amalgam tambal gigi.
Penandatanganan Konvensi Minamata untuk merkuri ini dilakukan dalam Konferensi
Diplomatik (Plenipotentiaries Conference) untuk merkuri yang dihadiri oleh
Kepala Pemerintahan, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Lingkungan Hidup. Konferensi
Diplomatik ini dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Nobuteru
Ishihara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup, Prof.
Balthasar Bambuaya, MBA.
Penandatanganan Konvensi ini dilakukan
setelah empat tahun proses negosisasi Perjanjian Internasional (Konvensi)
merkuri yang dimulai dengan persetujuan Menteri-menteri Lingkungan sedunia di
Nairobi pada 2009 untuk mengurangi dampak merkuri sebagai pencemar global.
Setelah ditandatangani konvensi ini, akan dilakukan entry into force pada tahun
2017. Konvensi Minamata ini mengatur tentang perdagangan, produk dan prosesnya,
pertambangan emas skala kecil, pengelolaan limbah merkuri, pendanaan, dan
transfer teknologi.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Lingkungan
Hidup Jepang menyampaikan duka cita yang mendalam terhadap para korban yang
kehilangan nyawa dan juga menyampaikan simpati kepada para korban yang
menderita akibat penyakit Minamata (minamata disease) ini serta keluarganya.
Nobuteru Ishihara menyampaikan bahwa dahulu sebelum tragedi terjadi, Minamata
merupakan perairan yang sangat indah, akan tetapi ketika laut dicemarkan oleh
merkuri dari pabrik kimia petaka penyakit minamata terjadi.
Tragedi Minamata yang terjadi di Teluk
Minamata merupakan pelajaran yang berharga bagi pengelolaan lingkungan dan
kesehatan manusia akibat ketidakhati-hatian industri dan pemerintah. Pencemaran
metil merkuri akibat air limbah dari pabrik kimia PT Chisso telah merubah
kehidupan di Teluk Minamata, Kumamoto Jepang. Tragedi ini terjadi akibat
masyarakat yang mengkonsumsi hasil laut (ikan dan kerang) yang mengandung metil
merkuri yang dapat menyebabkan Penyakit Minamata akibat akumulasi metil merkuri
di dalam tubuh. Penyakit Minamata menyerang sistem syaraf yang tidak hanya
menyebabkan penderitaan dan kematian korban penyakit Minamata, akan tetapi
mewariskan dampak kepada anak-anak yang dilahirkan menjadi cacat.
Belajar dari tragedi Pencemaran Merkuri di
Minamata, saatnya bangsa Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius
terhadap penggunaan merkuri di Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup RI, Prof.
Balthasar Kambuaya menekankan, “penyakit Minamata dapat terjadi dimana saja
termasuk di Indonesia akibat kecerobohan kita. Untuk itu, Indonesia harus
segera mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan merkuri pada kegiatan
industri di Indonesia, termasuk yang digunakan pada pertambangan emas skala
kecil”. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia sangat rawan terhadap perdagangan merkuri yang ilegal.
negara kepulauan, Indonesia sangat rawan terhadap perdagangan merkuri yang ilegal.
Setelah mendengar pengalaman langsung dari
korban penyakit Minamata, yaitu Masami Ogata dan berbagai film tentang penyakit
Minamata, MenLH menyatakan, “penyakit akibat pencemaran merkuri nyata adanya
dan apabila tidak dicegah, maka tidak mustahil penyakit Minamata akan terjadi
di Indonesia 10-15 tahun ke depan”. Apalagi sejak beberapa tahun ini
pertambangan emas skala kecil yang menggunakan merkuri marak terjadi di
beberapa daerah di Indonesia seperti Solok (Sumatera barat), Pongkor (Jawa
Barat), Sekotong (NTB), Katingan (Kalteng).
MenLH juga menambahkan bahwa saat ini
mungkin belum terlihat dampaknya merkuri pada kesehatan manusia, namun
mengingat seriusnya dampak akibat merkuri kepada kesehatan manusia maka
diharapkan tragedi Minamata tidak terulang lagi. “Kita tidak boleh main-main
dengan bahaya merkuri”, tegas MenLH. Kehadiran Indonesia untuk menandatangani
Konvensi Minamata untuk merkuri ini adalah bentuk tanggung jawab Pemerintah
untuk melindungi masyarakatnya, tidak hanya untuk generasi sekarang akan tetapi
generasi yang akan datang. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan berbagai
negara lainnya berkaitan dengan pertukaran informasi, pengalaman, teknologi dan
pendanaan.
Disamping kerjasama dengan berbagai pihak
dari negara-negara lain, penanganan pencemaran akibat merkuri juga perlu
melibatkan berbagai Kementerian dan Instansi, Pemerintah Daerah, dunia usaha
dan masyarakat. Kehadiran Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri LH ini
melibatkan antara lain delegasi dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Perindustrian, dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Untuk
menindaklanjuti penanganan merkuri, Menteri LH juga melakukan pertemuan
bilateral dengan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Dr. Ryutaro Yatsu untuk
membahas pengalaman dan teknologi dalam mengatasi persoalan merkuri. Selain
itu, Menteri LH juga melakukan pertemuan dengan pihak lain termasuk UNIDO.
Sumber:
Upaya pengurangan resiko
bahaya terhadap lingkungan
1.
Air limbah dari proses
pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar
merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut
droste (1994), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri
sebesar 20–90 %.
2.
Pada proses pemanasan/pemijaran
campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada,
sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk, dan dalam
pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin.
Sumber:
Soal:
2. Buatlah
laporan praktikum lengkap, salah satu mata acara praktikum yang saudara telah
lakukan kemaren di laboratorium Kimia Gd D8 FMIPA UNNES.
Jawaban:
Materi :
Analisis Bahan Makanan (Zat Aditif Makanan)
A.
JUDUL : Analisis Senyawa Benzoat pada Kecap Manis yang ada di Pasaran Kota
Semarang
B.
TUJUAN
Percobaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa benzoate
pada kecap manis yang ada di pasaran kota Semarang.
C.
DASAR TEORI
Dewasa ini,
makanan dan minuman yang
dihasilkan oleh industri
makanan diolah sedemikian rupa sehingga makanan
dan minuman dapat
disukai oleh konsumen, salah
satunya yaitu dengan menambahkan bahan kimia sebagai bahan tambahan makanan
(Wilga dalam Siaka, 2001). Bahan Tambahan Makanan (BTM)
atau sering pula disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP)
adalah bahan yang ditambahkan ke
dalam makanan untuk mempengaruhi sifat
ataupun bentuk makanan (Yuliarti
dalam Kaunang, 2007). Penambahan bahan
tambahan dalam makanan harus
memiliki dosis tertentu karena bahan
tambahan makanan dapat menyebabkan bahaya kesehatan.
Kecap
merupakan salah satu produk yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat baik ditambahkan
dengan makanan maupun tidak.
Kecap dijadikan oleh masyarakat Indonesia
sebagai menu harian, sehingga
dari tahun ke
tahun kebutuhannya semakin
meningkat (Astawan, 2004). Asam benzoat sering
digunakan sebagai bahan
pengawet pada produk kecap
agar waktu simpan produk
lebih lama. Di
Cina, Jepang dan Indonesia
kecap merupakan bahan makanan
yang sering dikonsumsi
sesuai dengan jenis makanan,
dan merupakan sumber utama
terdapatnya asam benzoat sebagai pengawet makanan (Wibbertmann et al,2000).
Asam benzoat
adalah zat pengawet yang
sering dipergunakan dalam
produk kecap. Asam benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena
tujuan penggunaan zat pengawet ini dalam
produk kecap adalah untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri terutama untuk
makanan yang telah dibuka dari kemasannya.
Jumlah maksimum asam benzoat
yang boleh digunakan adalah 600
mg per kg bahan sesuai dengan permenkes No 722/Menkes/per/1X/1988.
Pembatasan
penggunaan asam benzoat bertujuan
agar tidak terjadi keracunan. Konsumsi
asam benzoat yang berlebihan dalam
suatu bahan makanan tidak
dianjurkan karena jumlah
zat pengawet yang masuk ke dalam
tubuh akan bertambah dengan
semakin banyak dan seringnya
mengkonsumsi. Hal tersebut akan
diperparah jika dibarengi
dengan konsumsi makanan awetan
lain yang mengandung asam benzoat
(Lutfi, 2009).
Kebanyakan produksi
kecap manis lokal Manado
hanya mencantumkan pengawet natrium
benzoat pada kemasannya tanpa
adanya kadar yang tertulis
secara jelas dalam
kemasan, sehingga belum diketahui
apakah kadar senyawa benzoat yang
digunakan melebihi ambang batas yang
ditentukan oleh permenkes No
722/Menkes/per/1X/1988 atau
tidak. Selain itu
belum pernah dilakukan penelitian
tentang senyawa benzoat yang
terkandung dalam kecap manis produksi lokal kota Manado.
D.
VARIABEL, RUMUSAN MASALAH, DAN HIPOTESIS
Variabel
Variabel
bebas : kecap
manis
Variabel
terikat : kandungan
asam benzoat
Variable control : alat
yang digunakan
Rumusan Masalah
a. Apakah kecap manis yang beredar di pasaran kota Semarang mengandung
asam benzoat?
Hipotesis
Semakin banyak endapan
merah kecoklatan dari sampel maka semakin besar konsentrasi asam benzoate dalam
sampel kecap manis tersebut.
E.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. neraca
analitik
b. kertas
lakmus
c. kertas saring
d. corong
pisah
e. pemanas
listrik
f. tabung
reaksi
g. labu ukur
h. gelas kimia
i.
batang
pengaduk
j.
erlenmeyer
k. pipet
Bahan :
a.
Akuades
b.
Asam Benzoat
c.
Eter
d.
Asam Klorida
(HCl)
e.
Natrium Hidroksida
(NaOH)
f.
Amonium
Hidroksida (NH4OH)
g.
Natrium Klorida (NaCl)
h.
Besi (III) Klorida (FeCl3)
F.
CARA KERJA
Analisis
Kualitatif
1. Sampel kecap
masing-masing diambil sebanyak 20 gram, dimasukkan ke dalam beker
gelas dan di
campur dengan larutan NaCl
jenuh sampai volume
100 mL.
2. Ke dalam larutan sampel
ditambahkan larutan NaOH 10 % sampai larutan bersifat alkalis, dan
diaduk dengan pengaduk selama lima
menit, selanjutnya larutan dibiarkan semalam
dan disaring.
3. Filtrat yang diperoleh di tambah
dengan 10 tetes larutan HCl 3
M sampai larutan
bersifat asam.
4. Larutan yang
bersifat asam diekstraksi sebanyak
3 kali dengan
dietil eter masing- masing 25
mL.
5. Ekstrak eter dicuci
sebanyak 3 kali
dengan akuades masing-masing 10
mL, selanjutnya ekstrak eter diuapkan dalam penangas air selama 5 menit pada
suhu antara 80- 85oC.
6. Larutan didinginkan dan
ditambah beberapa tetes NH4OH pekat
sampai larutan bersifat alkalis.
7. Kelebihan amoniak
dihilangkan dengan penguapan di
atas penangas air, kemudian
larutan di tambah
dengan beberapa tetes larutan
FeCl3 5 %.
8. Apabila terbentuk endapan
berwarna kecoklatan menunjukkan
adanya asam benzoat dalam sampel
(Helrich, 1990).
Menurut Dean (1987)
penambahan FeCl3 ke
dalam larutan asam benzoat yang telah
dinetralisasi dengan amoniak
akan menghasilkan endapan asam
benzoat berwarna coklat kemerahan.
G.
DATA PENGAMATAN
Analisis Kualitatif
No
|
Bahan
|
Keterangan
(Setelah Penambahan
FeCl3)
|
1.
|
Larutan Asam Benzoat
|
Terdapat endapan berwarna merah
kecoklatan
|
2.
|
Kecap
Manis ABC
|
Larutan
berwarna merah kecoklatan dan terdapat sedikit endapan
|
H.
PEMBAHASAN
Penelitian
secara kualitatif yang dilakukan pada semua sampel menunjukan
adanya asam benzoat
yang terkandung didalamnya, yang
dinyatakan dengan
terbentuknya endapan benzoat
yang berwarna coklat kemerahan.
Analisis kualitatif yang
dilakukan terhadap sampel bertujuan
untuk menunjukan adanya asam
benzoat dalam sampel kecap
manis. Pada sampel kecap manis
(Kecap ABC sachet harga Rp 500,-) sebanyak 10
gram ditambahkan larutan garam
NaCl jenuh yang
bertujuan untuk memecahkan emulsi
kecap manis, karena pemecahan
emulsi dapat dilakukan dengan penambahkan
elektrolit. Penambahan
elektrolit pada lapisan
berair akan mengurangi kelarutan
komponen dalam air misalnya
dengan ditambahkannya
larutan NaCl. Penambahan larutan
NaCl jenuh bertujuan untuk menambah tingkat
ionisasi dari air menjadi
polar sehingga tingkat
tidak bercampurnya air dengan
dietil eter akan bertambah yang
bermanfaat dalam pemisahan fase.
Asam
Benzoat merupakan senyawa yang
kurang larut dalam
air karena merupakan asam
lemah. Penambahan NaOH 10%
sebanyak 10 tetes
larutan bersifat basa yang
ditunjukan oleh perubahan kertas
lakmus merah menjadi biru
akan menyebabkan molekul
asam benzoat yang tidak
terdisosiasi menjadi garam benzoat
yang merupakan senyawa ion yang mudah larut dalam air.
Perlakuan selanjutnya adalah pengadukan yang berfungsi
untuk membuat larutan menjadi
homogen. Setelah larutan dibiarkan
semalam, partikel-partikel terdispersi
yang tidak larut dalam
air seperti lemak
akan dapat mengendap dalam
bentuk garam asam lemak.
Penyaringan dilakukan agar partikel-partikel yang
tidak larut air
dapat dipisahkan dari larutan.
Benzoat akan berada dalam larutan air pada filtrat dalam bentuk garam
(Cahyadi, 2006). Percobaan ini larutan hanya didiamkan selama sekitar 2 jam,
sehingga dimungkinkan partikel-partikel terdispersi yang tidak larut dalam
air seperti lemak belum mengendap secara keseluruhan
menjadi garam asam lemak.
Dilakukan
pencucian dengan aquades 10 ml
sebanyak tiga kali bertujuan untuk
membuat fase organik
menjadi bening (transparan) dari
warna merah kecoklatan yang
merupakan warna khas kecap yang terikut dalam proses
ekstraksi. Residu asam benzoat
dalam air yang dihasilkan dari
pemanasan ekstrak sampel ditambahkan NH4OH akan
membentuk amonium benzoat C6H5COONH4. Namun
penambahan amonium hidroksida
sampai larutan bersifat basa
ditunjukan oleh perubahan kertas
lakmus merah menjadi biru
menyebabkan terjadi kelebihan amoniak, namun
pemanasan dalam penangas air pada suhu 80- 85oC selama 5 menit dapat
menghilangkan kelebihan amoniak
(Tumalun, 2007).
I.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh Analisis
kualitatif menunjukan semua sampel
produk kecap manis
yang diteliti menggunakan asam
benzoate sebagai bahan pengawet.
J.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W.
2007. Kajian dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan. Edisi pertama.
Bumi Aksara:Jakarta.
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1988. Peraturan Menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor
722/MenKes/Per/IX/88 tentang
Bahan Tambahan Pangan. DepKes RI:Jakarta.
Kaunang, J.
2012. Identifikasi dan
penetapan Kadar Pengawet Benzoat pada
Saos Tomat Produksi
Lokal yang Beredar di Pasaran
Kota Manado. Program Studi
Farmasi Universitas Sam ratulangi, Manado.
Lutfi, A.
2009. Asam
Benzoat.http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia lingkungan/zat-aditif/asam-benzoat/Siaka, I
M. 2009. Analisis
Bahan Pengawet Benzoat Pada
Saus Tomat yang Beredar
Di Wilayah Kota Denpasar.
FMIPA Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran.
Tumalun,
J. D. 2007. Analisis Konsentrasi
Asam Benzoat sebagai
Bahan Pengawet pada Saos
Tomat secara
Spektrofotometri UV-Vis. FMIPA Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
K.
DOKUMENTASI
|
|||||||||||||
|
Soal:
3.
Buatlah petunjuk praktikum
lengkap tentang analisis bahan kimia tertentu (pilih salah satu) yang dalam air
atau bahan makanan yang sedapat mungkin dapat dilakukan di laboratorium kimia
di PT, SMA, atau SMP.
Jawaban:
A.
Judul
Identifikasi Boraks
dan Formalin pada Beberapa Makanan
B.
Tujuan
Untuk mengetahui ada
tidaknya boraks dan formalin pada beberapa makanan yang sering dikonsumsi masyarakat.
C.
Latar Belakang
Berbicara mengenai
bahan kimia maka tidak akan terlepas dari bahayanya. Sekarang ini banyak sekali
penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan suatu makanan dan salah satunya
adalah bakso, karena bakso termasuk makanan yang tidak dapat bertahan dalam waktu
yang cukup lama dan para konsumen beranggapan bahwa pedagang-pedagang bakso
yang dagangannya tidak terjual habis, pasti ada yang menggunakan bahan kimia
untuk mengawetkan baksonya. Boraks dan formalin adalah dua jenis bahan kimia
yang dapat mengawetkan suatu makanan dalam waktu yang cukup lama.
Kandungan zat
berbahaya berupa boraks maupun formalin yang terkandung dalam bakso, mie basah,
maupun ikan asin bukanlah berita baru.
Penambahan boraks maupun formalin untuk bakso, mie basah, dan ikan asin memang
banyak dilakukan oleh pedagang-pedagang tidak bertanggung jawab, tetapi hingga
kini belum diperoleh solusi jitu untuk menghentikan praktik ini. Padahal,
konsumsi masyarakat akan bakso, mie basah, dan ikan asin tergolong tinggi
karena merupakan salah satu makanan favorit masyarakat. Jadi, masyarakatlah
yang menjadi korban akan bahaya zat berbahaya tersebut yang mengancam
kesehatan.
Meski masyarakat telah
mengetahui terdapat bakso, mie basah, dan ikan asin yang mengandung boraks dan
formalin, tetapi sebagian belum dapat membedakan antara bakso, mie basah, dan
ikan asin yang mengandung boraks dan formalin dengan bakso, mie basah, dan ikan
asin yang aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pada praktikum ini sangat penting
untuk dilakukan agar dapat mengidentifikasi kandungan boraks dan formalin pada
bakso, mie basah, dan ikan asin.
D.
Alat dan Bahan
Alat
1.
Cawan
Porselin
2.
Beker
glass
3.
Pipet
tetes
4.
Pisau/cutter
5.
Lumping
dan alu
6.
Pembakar
spirtus, kaki tiga, dan kasa
7.
Korek api
Bahan
1.
Bakso
2.
Mie Basah
3.
Ikan Asin
4.
Larutan
KMnO4
5.
Etanol
6.
H2SO4
p.a
7.
Air
Kunyit
8.
Aquades
E.
Cara Kerja
Prosedur
uji kandungan formalin pada bakso, mie basah, dan ikan asin
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Memotong-motong
bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.
Meletakkan
potongan-potongan bakso ke dalam beker glass berisi aquades yang telah
dipanaskan sekitar 60oC.
4.
Meneteskan
3 tetes H2SO4 p.a ke dalam beker glass yang berisi
potongan-potongan bakso.
5.
Mengambil
larutan KMNO4 pada wadah dengan menggunakan pipet tetes.
6.
Meneteskan
larutan tersebut ke dalam beker glass berisi potongan-potongan bakso yang
sebelumnya sudah ditetesi H2SO4 p.a.
7.
Menggoyang-goyangkan
beker glass sambil mengamati perubahan yang terjadi.
8.
Menetesi
kembali beker glass berisi potongan-potongan bakso menggunakan larutan KMnO4,
setiap penetesan diamati perubahan warna yang terjadi.
9.
Mencatat
dan memotret hasil pengamatan.
10.
Mengulang
poin 2-9, dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
11.
Jika
larutan yang berisi bahan makanan tersebut ketika di tetesi KMnO4 warnanya cepat
memudar menjadi bening, maka makanan tersebut (bakso, mie basah, dan ikan asin)
positif mengandung formalin.
Prosedur uji kandungan boraks pada bakso, mie basah, dan ikan asin
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Memotong-motong
bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.
Menghaluskan
potongan-potongan bakso menggunakan lumping dan alu agar cepat kering ketika
dipanaskan.
4.
Meletakkan
bakso yang sudah dihaluskan ke dalam cawan porselin.
5.
Memanaskan
bakso dalam cawan porselin hingga kering menggunakan pembakar spirtus.
6.
Menetesi
3 tetes H2SO4 p.a pada cawan porselin berisi bakso yang sudah kering.
7.
Mengambil
larutan etanol dengan menggunakan pipet tetes dan meneteskan larutan tersebut
ke dalam cawan porselin.
8.
Menunggu
beberapa saat (± 1 menit), kemudian membakar korek api lalu menyulutkannya ke
masing-masing cawan porselin.
9.
Mencatat
dan memotret hasil pengamatan.
10.
Mengulangi
poin 2-9 dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
11.
Jika
nyala api hijau kebiru-biruan, maka makanan tersebut (bakso, mie basah, dan
ikan asin) positif mengandung boraks.
Prosedur uji kandungan boraks pada bakso, mie basah, dan ikan asin dengan cara sederhana
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Memotong-motong
bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.
Meletakkan
potongan-potongan bakso ke dalam beker glass berisi aquades yang telah
dipanaskan sekitar 60oC.
4.
Meneteskan
3 tetes H2SO4 p.a ke dalam beker glass yang berisi
potongan-potongan bakso.
5.
Mengambil
air kunyit pada wadah dengan menggunakan pipet tetes.
6.
Meneteskan
beberapa tetes air kunyit ke dalam beker glass berisi potongan-potongan bakso
yang sebelumnya sudah ditetesi H2SO4 p.a.
7.
Menggoyang-goyangkan
beker glass sambil mengamati perubahan yang terjadi.
8.
Mencatat
dan memotret hasil pengamatan.
9.
Mengulang
poin 2-9, dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
10.
Jika
larutan yang berisi bahan makanan tersebut setelah di tetesi air kunyit
warnanya berubah dari kuning kecoklatan ke warna merah, maka makanan tersebut
(bakso, mie basah, dan ikan asin) positif mengandung boraks. Air kunyit
digunakan sebagai indicator dari boraks.
Daftar
Pustaka
Raztaman, 2010. Makalah Uji Coba Makanan (Formalin
dan Boraks), (online), (http://genesha-raztaman.blogspot.com/.
http://rachmitadewii.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo_7617.html
Langganan:
Postingan (Atom)