TUGAS
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI INDUSTRI
Dosen Pengampu: Dr. Siti Harnina Bintari,
M.Si
LAPORAN
HASIL PERCOBAAN PEMBUATAN RAGI TAPE, TAPE KETAN, DAN INOVASI TEMPE DARI KEDELAI
DAN KACANG TOLO
disusun oleh:
Diah Ika Rusmawati (NIM 0402513007)
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
TAHUN
2013
Percobaan yang dilakukan:
1. Pembuatan
Ragi Tape
2. Pembutanan
Tape Ketan
3. Pembuatan
Tempe dari Inovasi Kedelai dan Kacang Tolo
Pembuatan
Ragi Tape
A.
TUJUAN
Untuk
mengetahui cara pembuatan ragi tape.
B.
LANDASAN
TEORI
Kata ”ragi”
dipakai untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan
berbagai makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan
lain-lain. Ragi untuk tape
merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus,
genus Saccharomyces, genus Candida, genus Hansenula,
sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus
dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan
Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat
organik lainnya (Dwijoseputro, 1990).
Ragi
adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan fermentasi dalam pembuatan
produk tertentu. Ragi ini dibuat dari tepung beras yang dijadikan adonan
ditambah ramuan – ramuan tertentu dan dicetak menyerupai kue – kue kecil dengan
diameter ± 2 – 3 cm, digunakan untuk membuat arak, tape ketan, tape ketela
(peyeum) dan brem. Secara tradisional bahan – bahan seperti laos, bawang putih,
tebu kuning, atau gula pasir, ubi kayu, jeruk nipis dicampur dengan tepung
beras, lalu ditambah sedikit air sampai terbentuk adonan. Adonan ini kemudian
didiamkan dalam suhu kamar selam 3 hari dalam keadaan terbuka, sehingga
ditumbuhi khamir dan kapang secar alami. Setelah itu adonan yang telah
ditumbuhi mikroba diperas untuk mengurangi airnya, dan dibuat bulatan – bulatan
lalu dikeringkan (Muhiddin, 2001).
Menurut Winarno
(1994), mikroba mampu hidup pada hampir semua tempat dan keadaan serta mampu
bertahan dalam berbagai keadaan dan lingkungan baik pada suhu, tekanan, pH,
tingkat osmosis serta keadaan yang ekstrim. Oleh karena itu pengetahuan tentang mikroba sangat
penting dikuasai oleh mereka yang bekerja atau sedang menuntut ilmu bidang
pangan mikroba bersifat mikroskopis, begitu kecilnya sehingga tidak terlihat
oleh mata telanjang. Mikroba terdiri dari beberapa jenis proses pengendalian
mutu dan pemeriksaan makanan misalnya khamir. Khamir sejak dulu berperan dalam
fermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk utama dari metabolisme adalah
etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah
jenis utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir dan anggur
dan juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.
Menurut Schlegel
dan Schmid (1994), diantara mikroorganisme etanol merupakan produk peragian
gula yang paling tersebar luas. Bahkan
pada tumbuh-tumbuhan dan banyak fungi pada kondisi anaerob terjadi penimbunan
alkohol (etanol). Produsen utama alkohol adalah ragi terutama dari strain Saccharomyces
cerevisiae. Ragi-ragi seperti juga kebanyakan fungi merupakan organisme
yang bernafas secara aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme
ini meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida. Peragian glukosa
oleh ragi merupakan peristiwa anaerob, ragi sendiri adalah organisme aerob. Pada kondisi anaerob fermentasi oleh ragi aman intensif,
namun ragi sendiri hampir tidak tumbuh. Dengan mengalirkan udara maka peragian
dapat dihambat sempurna dan memasukkan banyak udara.
Tabel 1. Peranan Mikroba dalam
Ragi Tape
Peragian
glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida terjadi melalui alur fruktosa
difosfat. Transformasi piruvat menjadi etanol mencakup dua tahap. Tahap pertama
piruvat di dekarboksilasi menjadi asetal dehide oleh piruvat dekarboksilat. Peragian
glukosa oleh ragi merupakan peristiwa anaerob sedangkan ragi sendiri adalah
organisme aerob. Pada kondisi anaerob fermentasi oleh ragi amat intensif namun
ragi sendiri hamper tidak bertumbuh (Schlegel, 1994).
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat:
1. Ayakan
2. Sendok
3. Nampan
4. Mangkuk
5. Kain
Saring
Bahan:
1. Tepung
Beras 150 gram
2. Merica
Bubuk 2,5 gram
3. Kayu
Manis ½ ruas Jari Telunjuk
4. Air
Gula 100 mL
D.
CARA
KERJA
1.
Persiapan
-
Menyiapkan semua
bahan-bahan yang digunakan.
-
Menyiapkan semua
peralatan yang akan digunakan dan membersihkan semua alat yang kotor.
2.
Pengolahan
-
Menumbuk kayu manis
sebanyak ½ ruas jari tengah sampai halus.
-
Mencampur tepung beras dengan
kayu manis yang sudah halus dan merica bubuk sampai tercampur merata.
-
Menambahkan ¼ butir
rapi tape sebagai starter.
-
Menambahkan air gula
sedikit demi sedikit pada tepung beras yang sudah tercampur rempah-rempah dan
ragi tape sampai adonan kental.
-
Membiarkan adonan dalam
keadaan terbuka selama 3 hari pada suhu kamar.
-
Membuang
kotoran-kotoran pada adonan yang sudah 3 hari dan memeras air dalam adonan agar
kadar airnya berkurang.
-
Membuat bulatan-bulatan
pipih sebesar uang logam seratus rupiah, kemudian menjemurnya sampai kering
-
Setelah kering ragi
sudah siap digunakan.
Diagram Alir Pembuatan Ragi Tape
F.
PEMBAHASAN
Umumnya
dalam pembuatan panganan seperti tape atau roti, peranan ragi sangatlah
penting. Ragi atau dikenal juga dengan sebuatan “Yeast” merupakan semacam tumbuh-tumbuhan
bersel satu yang tergolong dalam keluarga cendawan. Ragi akan bekerja bila ditambahkan dengan
gula dalam kondisi suhu yang hangat.
Ada
dua jenis ragi yang ada dipasaran, yaitu ragi padat dan ragi kering. Dalam
percobaan ini, ragi yang dibuat adalah ragi padat. Ragi padat berbentuk bulat
pipih. Ragi padat yang dibuat pada percobaan ini akan digunakan pada pembuatan
tape ketan putih. Ragi padat sering digunakan banyak orang untuk membuat tape
(tape ketan/tape singkong) sehingga banyak orang menyebutnya dengan ragi tape. Ragi
ini dibuat dari bahan tepung beras dan rempah-rempah yang diaduk dan disimpan
di tempat yang gelap selama beberapa hari hingga terjadi proses fotosintesis.
Setelah tumbuh jamur berwarna putih susu kemudian ragi dijemut kembali hingga
benar-benar kering.
Ragi
padat memiliki aroma yang sangat tajam dengan aroma alcohol yang sangat khas.
Ragi tape banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional. Ragi tape membutuhkan
suasana hangat dalam penyimpanannya agar sel-sel nabatinya tetap hidup untuk
mengaktifkan kerjanya. Ragi memerlukan penyimpanan yang teliti. Ragi padat
(ragi tape) dalam keadaan normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya
peragiannya jika disimpan dalam suhu 2oC selama 4-5 minggu. Ragi
harus selalu disimpan ditempat dingin (lemari es).
G.
KESIMPULAN
Ragi yang dibuat
dalam percobaan ini adalah jenis ragi padat yang digunakan sebagai ragi tape
baik tape ketan putih. Proses fermentasi ragi tape ini membutuhkan ewaktu 3
hari dan pengeringan selama 3 hari karena terkendala cuaca. Pembuatan ragi tape
ini cukup berhasil. Yeast tumbuh pada campuran tepung beras dan rempah-rempah.
Fungsi penambahan rempah-rempah adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain
yang tidak diharapkan dan untuk merangsang pertumbuhan ragi dan kapang.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Malang: Djambatan.
Muhiddin, N.H. dan Nuryati J. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Ubi Kayu Melalui proses Fermentasi.
Vol. 6. No.1.
Murtini, J.T. dan Ernik Yuliana. 1997. Pengaruh Penambahan Starter Bakteri asam
Laktat Pada Pembuatan Bekasam Ikan Sepat Terhadap Mutu Daya Awetnya. Vol.
1. No.1.
Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB. 1981. Ragi Tape: Paket Industri Pangan untuk Daerah Pedesaan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Schlegel, Hans dan Schmid, Karin. 1994. Mikrobiologi
Umum. UGM Press. Yogyakarta
Winarno, F.G. 1994. Pengantar Teknologi Pangan.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Pembuatan Tape Ketan
A.
TUJUAN
Untuk mengetahui cara pembuatan tape dari beras
ketan.
B.
LAMDASAN
TEORI
Aneka bahan pangan
yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut
tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah ubi kayu (singkong), beras
ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum (Rukmana dan Yuniarsih,
2001).
Tape
adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dimana terjadi suatu
perombakan bahan–bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam singkong
diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula engan bantuan suatu organisme
yang disebut ragi atau khamir (Suriasih, 2001).
Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa
yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape
mengalami perubahanperubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada
dasarnya semua bahan pangan yang kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi
tape. Berdasarkan bahan bakunya, dikenal berbagai jenis tape yaitu tape ketan,
tape singkong, tape beras, tape sorgum, tape pisang, tape ubi jalar dan tape
sukun, akan tetapi dewasa ini yang paling populer adalah tape singkong dan tape
ketan (Buckle , 1988).
Tabel
2.1. Komposisi gizi tape singkong, tape ketan putih dan tape ketan hitam (dalam
100 gram bahan).
Menurut Tarigan
(1998), tape merupakan salah satu jenis makanan dari hasil fermentasi bahan
baku yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya. Tape sebagai hasil fermentasi
menghasilkan alkohol dan gula.
Fermentasi
mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan baku
menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam – asam organik, protein
sel tunggal, antibiotika, dan biopolimer. Fermentasi merupakan proses yang
relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita
secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah biasa dimakan orang
sampai sekarang seperti tape, oncom, kecap, yoghurt, dan lain – lain ( Murtini,
1997 ).
Dalam arti umum menurut Tarigan (1988)
fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi
perubahanperubahan kimia dalam suubstrat organik, kegiatan atau aktivitas
mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi
tergantung pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau usaha
lain yang berbeda dengan faktor-faktor diatas, misalnya penambahanpenambahan
bahan tertentu untuk menggiatkan fermentasi.
Fermentasi berarti disimilasi anaerobik
senyawa-senyawa organik yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme atau
ekstrak dari sel-sel tersebut. Disimilasi yaitu proses pengubahan senyawa
didalam sel seperti glikogen dan ATP menjadi senyawa yang tingkat energinya
lebih rendah sedemikian rupa sehingga energi dibebaskan dalam proses ini.
Disimilasi berlangsung di dalam sel dan produk-produknya dikeluarkan ke media
sekitarnya. Disimilasi terutama menghasilkan senyawa organik, senyawa anorganik
dan beberapa unsur, contohnya karbohidrat, glikosida, alkohol, asam keto,
hidrokarbon, asam amino dan amina, sejumlah garam Fe, Mn, dan As, unsur karbon,
belerang dan lain-lain (Gumbiro, 1987).
Menurut Dwijoseputro (1990), perkataan
fermentasi sering disalin dengan
perkataan peragian. Hal ini sebenarnya tidak tepat. Kata-kata ragi untuk tempe,
ragi untuk tape, ragi untuk roti, ragi untuk oncom, ragi untuk membuat minuman
keras itu menurut sistematika di dalam dunia tumbuhtumbuhan banyaklah yang
berbeda. Secara fisiologi,
ragi-ragi tersebut mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen atau enzim
yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan
berupa energi. Adapun substrat yang mereka ubah itu berbeda-beda. Orang
membatasi pengertian fermentasi hanya pada alkoholisasi dan laktasi.
Berdasarkan
kebutuhan oksigen, maka fermentasi dibedakan menjadi dua yaitu fermentasi
aerob; proses dissimilasi bahan – bahan disertai dengan pengambilan oksigen.
Proses ini disebut juga proses respirasi atau oksibiosis contohnya fermentasi
asam nitrat, asam cuka dan lain – lain (Winarno, 1979).
C2H5OH
+ OH Bakteri Asam Cuka
CH3COOH + H2O + 116 KKal
Etanol Asam
Cuka
Fermentasi
anaerob, yaitu fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen tetapi bahan – bahan
lain akan bertindak sebagai haccaptor, misalnya aldehide atau physic acid.
Mikroba yang melakukan fermentasi ini adalah yeast (ragi). Beberapa
jamur dan bakteri (Tarigan , 1988). Diantara mikroorganisme etanol merupakan
produk peragian gula yang paling tersebar luas. Produsen utama alcohol adalah
ragi terutama dari Saccharomyces sp. Pengubahan glukosa menjadi etanol dan karbon
dioksida dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
C6H12O6 2 CO2 + 2
C2H5OH
Menurut Desrosier (1988), fermentasi
adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan aerob sebagian dan merupakan
suatu kegiatan penguraian bahanbahan karbohidrat. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah sebagai berikut:
·
pH; Mikroba tertentu
dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat
hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.
·
Suhu; Suhu yang
digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan
40° C.
·
Oksigen; Derajat an
aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian fermentasi. Bila
tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu. Bila
produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang
sangat terbatas. Produk akhir dari
suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat
apabila faktor-faktor lainnya optimum.
·
Substrat; Mikroba
memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhannya.
Menurut Buckle
(1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan
oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan
pangan itu sendiri. Perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi
mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari
kegiatan-kegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan
tersebut.
Fermentasi adalah
perombakan anaerob karbohidrat yang menghasilkan pembentukan produk fermentasi
yang stabil. Contoh produk fermentasi oleh mikroorganisme yang dapat
dimanfaatkan meliputi barang-barang seperti etil alkohol, asam laktat, gliserol
dan lain-lain (Volk dan Wheeler, 1993).
Proses fermentasi tidak hanya
menimbulkan efek pengawetan tetapi bjuga menyebabkan perubahan tekstur, cita
rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah
dicerna dan bergizi (Nurhayani, 2000 ).
Menurut Anshori (1989), proses
fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Dalam pengertian yang luas, fermentasi
adalah aktivitas metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organik yang
cukup tinggi. Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae
dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida.
Menurut Timotius (1982), fermentasi
adalah proses metabolisme atau katabolisme atau bioenergi yang menggunakan
senyawa organik sebagai aseptor elektron akhir. Proses fermentasi biasanya berlangsung dengan
fosforilasi tingkat substrat tanpa perantara atau peran sitokrom oleh jasad
renik anaerob fakultatif atau aerobik mutlak.
Said (1987),
menyatakan bahwa fermentasi adalah disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik
yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Dengan arti yang luas maka
fermentasi tidak hanya melingkup proses disimilasi alkohol, butanol, aseton,
asam laktat, tetapi juga industri cuka, asam sitrat, enzim pinisilin dan
antibiotik lainnya.
Menurut Astawan
(2004), proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya
meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
·
Molekul-molekul
pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
·
Gula
yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
·
Alkohol
akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter
melalui proses oksidasi alkohol.
·
Sebagian
asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang memberi cita
rasa pada tape.
Proses fermentasi dengan teknologi yang
sesuai dapat menghasilkan produk protein. Protein mikroba sebagai sumber pangan
untuk manusia mulai dikembangkan pada awal tahun 1900. Protein mikroba ini
kemudian dikenal dengan sebutan Single Cell Protein (SCP) atau Protein
Sel Tunggal. Menurut Tannembaum (1971), Protein Sel Tunggal adalah istilah yang
digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme,
seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa. Sebenarnya ada dua
istilah yang digunakan untuk produk mikroba ini, yaitu PST (Protein Sel
Tunggal) dan Microbial Biomass Product (MBP) atau Produk Biomassa
Mikrobial (PBM). Bila mikroba yang digunakan tetap berada dan bercampur dengan
masa substratnya maka seluruhnya dinamakan PBM. Bila mikrobanya dipisahkan dari
substratnya maka hasil panennya merupakan PST (Nurhayani, 2000 ).
Fermentasi
dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur terendam sub
merged. Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau semi padat banyak
digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik dan enzim. Fermentasi
padat dengan substrat kulit umbi ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan
kandungan protein dan mengurangi masalah limbah pertanian. Dalam proses
fermentasi memerlukan inokulum dan Starter. Pada proses fermentasi kulit ubi
kayu memerlukan starter yaitu ragi (Nurhayani, 2000).
Produk
fermentasi selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan atau suplemen produk
pangan atau pakan. Proses fermentasi ini selain untuk meningkatkan nilai gizi
kulit ubi kayu juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Lebih jauh lagi
produk fermentasi dapat dijadikan bahan pangan untuk mengatasi masalah
kekurangan gizi (Nurhayani, 2000 ).
Fermentasi tape dibuat dari ubi kayu
ataupun beras ketan dan merupakan makanan yang populer di Indonesia dan
Malaysia. Dalam pembuatan tape setidaknya terlibat tiga kelompok mikroorganisme
yaitu mikrobia perombak pati menjadi gula yang menjadikan tape pada awal
fermentasi berasa manis. Mikrobia yang banyak dianggap penting dalam proses ini
adalah Endomycopsis fibuliger sertaeberapa jamur dalam jumlah kecil. Adanya
gula menyebabkan mikrobia yang mengunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan
menghasilkan alkohol.
Mikrobia yang masuk dalam kelompok ini adalah Saccharomyces dan Cabdida yang
menybabkan tape berubah menjadi alkoholik. Adanay alkohol juga memacu tumbuhnya
bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah
alkohol menjadi asam asetat dan menyebakan rasa masam pada tape yang dihasilkan.
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat:
1. Dandang
Pengukus
2. Nampan
3. Baskom
4. Daun
Pisang
5. Lidi
Bahan:
1. Beras
Ketan 250 gram
2. Ragi
Tape ¼ butir
3. Air
D.
CARA
KERJA
1.
Merendam beras ketan selama 4 jam.
2.
Mengkukus beras ketan yang telah direndam sampai setengah
matang, lalu mengangkatnya.
3.
Menyiram beras ketan yang sudah dikukus dan membuat aron.
4.
Mengukus kembali aron ketan sampai matang kira-kira selama
30 menit.
5.
Mengangkat ketan yang telah matang setelah dikukus untuk
yang kedua kalinya, lalu mendinginkannya di atas nyiru, kemudian memberi ragi
yang telah dihaluskan terlebih dahulu, mengaduknya sampai merata.
6.
Mibungkus ketan yang telah diberi ragi menggunakan daun pisang
secara rapat lalu disimpan selama 2-3 hari (difermentasikan). Sesudah itu, tape
siap untuk dikonsumsi.
Dalam pembuatan tape
ketan, beras ketan perlu dimasak dan dikukus terlebih dahulu
sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut ditutup dengan daun dan diinkubasi pada suhu 25-30 °C selama 2-4 hari sehingga
menghasilkan alkohol dan teksturnya lebih lembut.
Selain rasanya
yang manis dan aroma yang memikat, tape juga dibuat dengan beberapa warna
berbeda.Warna tersebut tidak berasal dari pewarna buatan yang berbahaya,
melainkan berasal dari pewarna alami. Untuk
membuat tape ketan berwarna merah, digunakan angkak
dan pigmen yang dihasilkan oleh Monascus purpureus. Sedangkan tape ketan warna hijau dibuat menggunakan ekstrak daun pandan.
Diagram
Alir Pembuatan Tape Ketan
Hasil Pengamatan tape selama 3 hari
Hari
ke
|
Keterangan
|
1 (Rabu)
|
Warna tape masih putih dan baunya masih belum
harum
|
2 (Kamis)
|
Warna tape masih putih dan baunya agak harum
|
3 (Jumat)
|
Warna tape sudah kekuningan yang berarti tape
sudah matang, baunya pun sudah harum dan tape siap di santap
|
F.
PEMBAHASAN
Setelah melakukan
penelitian selama 3 hari tentang pembuatan tape ketan, saya dapat membahas
bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam
pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape. Tape ketan ini merupakan suatau
bioteknologi yang dikategorikan ke dalam bioteknologi tradisional/konvensional.
Hasil dari tape
yang saya coba ternyata ketan tersebut menjadi terasa manis dan agak terasa bau
alkohol, setelah saya meneliti dan membaca dari berbagai sumber ternyata pada
tape ketan itu terjadi proses fermentasi yang menyebabkan ketan menjadi bau
alkohol dan terasa manis.
Adapun reaksi kimia yang terjadi dalam proses fermentasi
tape yaitu:
2(C6H10O5)n + nH2O n C12H22O11
Amilum/patiamilase
maltosa
C12H22O11 + H2O
2C6H12O6
Maltosa glukosa
C6H12O6 2C2H5OH
+ CO2
glukosa alkohol
glukosa alkohol
Tape ketan dibuat
dengan proses fermentasi yang dibantu oleh ragi atau (bakteri saccharomyces
cerivisiae) bakteri ini dapat merubah karbohidrat menjadi alkohol, dan karbon
dioksida. Dalam fermentasi tape ketan terlibat beberapa mikro organisme yang
disebut dengan mikrobia perombak pati menjdi gula yang menjadikan tape pada
awal fermentasi terasa manis.yang menyebabkan tape ketan berubah menjadi
alkohol karena adanya bakteri actobakter aceti (mengubah alkohol menjadi asam
asetat). Adapun beberapa faktor yang menyebabkan pembuatan tape ketan ini
dapat berlangsung tidak sempurna salah satu penyebabnya adalah peralatan yang
kurang higienis dan ragi yang sudah lama (sudah kadaluarsa), dan dapat
disebabkan juga oleh pencucian beras atau singkong yang tidak bersih sehingga
fermentasi tidak sempurna. Pada percobaan ini ragi yang digunakan adalah ragi
hasil buatan sendiri. Tape ketan yanga saya buat proses fermentasinya belum
sempurna dikarenakan nasi ketan yang kami buat masih belum matang. Akan tetapi tape
tersebut masih bisa di konsumsi dan masih terasa manis.
Pembuatan tape
ini berlangsung selama dua sampai tiga hari, dalam kurun tiga hari itu tape
masih bisa masih bisa dimakan karena tape belum berubah menjadi alkohol, tapi
jika tape sudah lebih dari tiga hari tape tidak bisa dimakan (dikonsumsi) karena
sudah berubah menjadi alkohol selain itu juga tape tersebut sudah membusuk.
G.
KESIMPULAN
Setelah melakukan
percobaan, ternyata kami dapat menyimpulkan bahwa fermentasi yang terjadi pada
tape ketan terjadi selama 2-3 hari. Selain itu juga, dalam proses pembuatan
tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya proses fermentasi tersebut
berlangsung secara sempurna. Hal tersebut adalah harus bersihnya peralatan yang
digunakan, matangnya ketan, dan juga harus menggunakan ragi yang berkualitas.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshori, R. 1985. Pengantar Teknologi Fermentasi. Bogor:
Depdikbud Dirjen Perguruan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.
Buckle,
Edward, dan Fleed, Watton. 1988. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press.
Desrosier, N.W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan.
Jakarta: UI Press.
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang:
Djambatan.
Gumbiro, Said. 1987. Bio Industri Penerapan Teknologi
Fermentasi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa Roberts, Haris dan Endel,
Karmas. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Pangan. Bandung: ITB.
Muhiddin, N.H. dan Nuryati J. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Ubi Kayu Melalui proses Fermentasi.
Vol. 6. No.1.
Murtini, J.T. dan Ernik Yuliana. 1997. Pengaruh Penambahan Starter Bakteri asam
Laktat Pada Pembuatan Bekasam Ikan Sepat Terhadap Mutu Daya Awetnya. Vol.
1. No.1.
Nurhayani H.Muhiddin, Nuryati Juli dan I
Nyoman P Aryantha. 2000.”Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu
Melalui Proses Fermentasi ”JMS Vol 6 No. 1 hal. 1 -12.
Inovasi Pembuatan Tempe dari Kedelai dan Kacang Tolo
A.
TUJUAN
Untuk mengetahui
inovasi pembuatan tempe dari kedelai dan kacang tolo.
B.
LANDASAN
TEORI
Tempe
adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang
sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang
cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji
kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang
Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang
roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih pada
tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling
dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang
mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Tempe
banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian
di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging.
Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di
Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan
Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)
unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau
memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini
dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena
galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga
penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak
paten).
Jamur
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe
(Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti,
2004). Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks
menjadi trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan
Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada
penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH
8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya,
tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH
dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam
bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Kacang-kacangan
merupakan salah satu bahan makanan sumber protein dengan nilai gizi yang tinggi
(20 – 25 g/100 g), vitamin B (thiamin, riboflavin, niacin, asam folat), mineral
(Ca, Fe, P, K, Zn, Mg, dan lain-lain), dan serat. (J.Dostalova, 2009). Nilai
dan mutu gizi kacang kacangnya menjadi lebih baik setelah dikecambahkan. Selama
pengecambahan komponen antigizi (tripsin inhibitor, asam pitat, pentosan,
tannin) menurun dan setelah pengecambahan terbentuk komponen fitokimia
(glokosinolates, antioksidan alami yang berperan untuk kesehatan. (Marto,
2010). Inilah beberapa jenis kacang-kacangan yang ada di Indonesia dan sering
kita jumpai untuk kebutuhan sehari-hari.
Kedelai
merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia. Kedelai
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan
di Indonesia, Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 ,
B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang
berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai,
yang mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi
sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam
tubuh sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu
merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Zat
lain yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein
yang termasuk isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat
pertumbuhan sel kanker atau tumor (Thomas, 1992).
Kacang
tolo atau kacang tolo (Vigna unguiculata) merupakan tanaman yang sudah
dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat (Rukmana, 2000). Cara mengkonsumsi
kacang tolo yang sangat terbatas menyebabkan kacang tolo tidak populer seperti
kacang kedelai. Kandungan protein kacang tolo relatif tinggi, yaitu sebesar
22,9 g/100 g dan mengandung lisin yang tinggi, sehingga dapat menyempurnakan
kualitas protein biji-bijian (Somaatmadja, 1990). Dengan demikian kacang tolo
berpotensi sebagai sumber protein nabati selain kacang kedelai sehingga
diperlukan teknik pengolahan yang tepat, misalnya fermentasi menjadi tempe.
(Ratnaningsih et al, 2009).
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat:
1.
Baskom
2.
Saringan
3.
Dandang
4.
Kipas angin/kipas
5.
Sotel kayu
6.
Tampah
7.
Kompor
Bahan:
1.
Kacang kedelai
2.
Kacang tolo
3.
Ragi tempe (RAPRIMA)
4.
Daun kunyit, kantong plastik,
kertas
D.
CARA
KERJA
Pembuatan Tempe dari Campuran Kacang Kedelai dan
Kacang Tolo
a.
Cucilah tampah, ayakan,
kipas angin dan cukil yang akan digunakan, kemudian keringkan.
b.
Bersihkan kacang
kedelai dan kacang tolo dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci
hingga bersih.
c.
Rendam kacang kedelai dan
kacang tolo yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa
(proses hidrasi agar biji kedelai dapat menyerap air sebanyak mungkin).
d.
Lepaskan kulit biji
kedelai dan kacang tolo yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan
menggunakan air bersih.
e.
Rebus biji kedelai dan
kacang tolo tersebut sampai empuk.
f.
Setelah biji kedelai dan
kacang tolo terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah
dibersihkan, lalu diangin angin dengan kipas/kipas angin sambil di aduk hingga
biji-biji tersebut terasa hangat.
g.
Taburkan ragi tempe
yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil siaduk-duk supaya merata (1,5
gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
h.
Siapkan daun kunyit
atau kantong plasik. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus,
berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau
garpu.
i.
Masukkan campuran kedelai
dan kacang tolo yang telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) kedalam pembungkus, atur
ketebalannya sesuai dengan selera.
j.
Proses fermentasi ini
pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang
kedelai tertutupi jamur.
Catatan:
-
Perhatikan kebersihan
tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan kualitas tempe
yang dihasilkan.
-
Suhu ruang yang lebih
hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe
E.
HASIL
PENGAMATAN
F.
PEMBAHASAN
Tempe
berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat
proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis,
jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe
juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi
gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah
dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe
menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam
kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala
kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan
semua umur.
Dibandingkan
dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara
kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen
terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi
protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi
tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan
yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita
penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan
berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam
waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa
dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung
perut).
Mutu
gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu
serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi,
jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong
tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi.
Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gap
Membuat
tempe kacang tolo hampir sama dengan
tempe kedelai, yang berbeda hanya
cara mengupas kulit biji. Kulit biji
kacang tolo lebih sulit dikupas disbanding kulit biji kedelai karena lebih tebal. Namun, hal itu dapat diatasi dengan mengupasnya secara kering. Sebelum diolah menjadi tempe, kulit kacang tolo kering dikupas dengan mesin pengupas abrasif seperti
yang digunakan pada industry susu
kedelai. Cara ini dapat menyingkat proses
pembuatan tempe karena kacang tidak
perlu direndam selama 24 jam dan
tanpa direbus untuk mengupas kulit
seperti pada kedelai.
Kacang
tolo mengandung karbohidrat cukup
tinggi, sehingga jika direbus cepat
menjadi lunak, hanya membutuhkan
waktu sekitar 10 menit. Selain itu,
dengan dosis ragi 1% dari bobot
kacang, proses fermentasi
berlangsung sekitar 24 jam lebih
singkat dari kacang kedelai. Nilai nutrisi tempe kacang tolo cukup tinggi. Tiap 100 g tempe mengandung
33 g protein, 2 g lemak, 53 g karbohidrat,
3 g serat, dan 1 g abu. Dari
karakteristik sensori, tempe kacang tolo
berbeda dengan tempe kedelai.
Tempe
kacang tolo dapat diolah menjadi
berbagai produk, seperti nugget
tempe, keripik tempe, dan tempe
bacem. Dengan demikian, tempe ini
diharapkan disukai oleh berbagai
kalangan dan tingkatan usia. Lalu
bagaimana dengan kandungan nutrisi
lainnya. Ternyata tempe kacang tolo mengandung p-caumaric acid dan asam ferulat yang diduga memiliki aktivitas antioksidan yang cukup
kuat. Namun hal ini perlu dibuktikan
lebih lanjut. Menurut Ardiansyah,
asam ferulat pada tempe mampu
menurunkan tekanan darah dan
kandungan glukosa darah. Senyawa
fenilpropanoid lainnya, yaitu p-caumaric acid mampu melemahkan zat
nitrosamin, salah satu penyebab
kanker yang mungkin terdapat dalam
makanan.
Secara garis
besar, manfaat tempe antara lain:
-
Protein yang terdapat
dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare.
-
Mengandung zat besi,
flafoid yang bersifat antioksidan sehingga menurunkan tekanan darah.
-
Mengandung superoksida
desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas, baik bagi penderita jantung.
-
Penanggulangan anemia.
Anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin karena kurang tersedianya zat
besi (Fe), tembaga (Cu), Seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di
mana unsur-unsur tersebut terkandung dalam tempe.
-
Anti infeksi. Hasil
survey menunjukkan bahwa tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi
oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan
kejadian infeksi.
-
Daya hipokolesterol.
Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat dapat menurunkan kadar
kolesterol.
-
Memiliki sifat anti
oksidan, menolak kanker.
-
Mencegah masalah gizi
ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta berbagai penyakit yang
menyertainya, baik infeksi maupun degeneratif.
-
Mencegah timbulnya
hipertensi
-
Kandungan kalsiumnya
yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.
Manfaat Ekonomi
Pada Masyarakat:
Pada umumnya
manfaat ekonomi tempe adalah untuk diperdagangkan, tapi secara garis besarnya
adalah:
-
Tempe dapat dijadikan
sebagai bahan dagangan yang tentunya untuk membantu keuangan pada masayarakat
yang menjualnya.
-
Tempe dapat
diperdagangkan di pasar internasional (mengexport) dan dapat membantu
meningkatkan perekonomian Negara.
Pada
percobaan pembuatan tempe dari campuran kacang kedelai dan kacang tolo
dilakukan sebanyak dua kali. Percobaan pertama pada tanggal 14-17 Desember
2013, tempe dari campuran kacang kedelai dan kacang tolo berhasil. Dibuktikan
dengan adanya jamur yang menutupi bagian dari campuran kacang kedelai dan
kacang tolo. Percobaan kedua dilakukan pada tanggal 18-20 Desember 2013.
Kegagalan terjadi pada percobaan kedua, setelah dua hari campuran kedelai dan
kacang tolo belum tertutup oleh jamur Rhizopusoryzae
dan justru keadaannya semakin lembab dan berbau tidak enak. Penyebab tidak
berangsungnya proses fermentasi oleh jamur Rhizopusoryzae
adalah ragi yang digunakan untuk menginokulum campuran kacang kedelai dan
kacang tolo sudah kadaluarsa dan dalam penyimpanannya dalam keadaan terbuka. Ragi
sudah tidak berwarna kemerahan tetapi sudah berubah warna menjadi putih dan
berbau tidak enak.
G.
KESIMPULAN
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai dan
kacang tolo, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut.
Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai dan kacang tolo menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari campuran kacang kedelai dan kacang tolo dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
H.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Marto, Z. M. 2010. The Role of Sprouts in Human
Nutrition a review. Acta Univ. Sapientiae, Alimentaria . Vol 82.
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi,
IPB.
Ratnaningsih et al. 2009. Pengaruh Jenis Kacang
Tolo, Proses Pembuatan Dan Jenis Inokulum Terhadap Perubahan Zat-Zat Gizi Pada
Fermentasi Tempe Kacang Tolo. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 14 (1): 97-128.
Rukmana, Rahmat dan Yuniarsih, Yuyun. 2000. Kacang
Tolo. Kanisius. Yogyakarta.
Setiadi.
2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD,
Bandung.
Thomas,
A.N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius. Yogyakarta
Winarno,F.G,
dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Wirakartakusumah,
dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB
Bogor.
Azra,
S. R. M. 2008. Laporan Hasil Pembuatan Tempe. http //pembuatan tempe « Sri
Resky Mordian Azra blog’s.htm/. 26 September 2013.
I.
LAMPIRAN
This is so intresting https://www.ecomparemo.com/personal-loan
BalasHapus