Kamis, 27 Agustus 2015

Foto-foto Kegiatan Peelitianku di SMK Negeri 1 Semarang








LKS Tata Nama Senyawa BIner



LEMBAR KERJA SISWA
TATA NAMA SENYAWA BINER DAN POLIATOMIK PADA SENYAWA ANORGANIK DAN ORGANIK
Kelompok      :
Nama Siswa   : 1.
                           2.
                           3.
                           4.
Kmpetensi Dasar       :
Menerapkan aturan IUPAC untuk penamaan senyawa anorganik dan organik  sederhana
Indikator                    :
1.        Menentukan senyawa biner dengan tepat dengan cara berdiskusi
2.        Menentukan senyawa poliatomik (asam, basa, dan garam) dengan cara berdiskusi
3.        Menentukan senyawa organik sederhana dengan cara berdiskusi
Tujuan                       :
1.        Siswa dapat menuliskan nama senyawa biner dengan tepat setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya
2.        Siswa dapat menuliskan nama senyawa poliatomik (asam, basa, dan garam dengan tepat setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya
3.        Siswa dapat menuliskan nama senyawa organik sederhana dengan tepat setelah berdiskusi dengan teman kelompoknya
Kerjakan soal-soal berikut ini sungguh-sungguh dengan berdiskusi bersama teman kelompok kalian!
I

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tentukan nama senyawa biner anorganik
LiCl
Na2O
………………….
………………….
KCl
MgCl2


……………………….
……………………….
Barium Bromida
Kalsium Klorida
……………………….
……………………….

Bagaimanakah aturan pemberian nama pada senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………


II

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tentukan nama senyawa biner organik

N2O
CO2
………………….
………………….
SO2
P2O4


………………………
………………………
Dikloro pentaoksida
Dibromo trioksida
……………………
……………………

Bagaimanakah aturan pemberian nama pada senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
III

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tentukan nama senyawa poliatomik

Na2SO4
H2CO3
…………………….
…………………….
Ca(OH)2
LiOH


…………………..
…………………..
Asam nitrat
Kalium hidroksida
…………………..
…………………..

Bagaimanakah aturan pemberian nama pada senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
IV

1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tentukan nama senyawa organik sederhana

CH4
C2H6
………………….
………………….
C2H4
C3H6


…………………..
…………………..
Propene
Butana
…………………..
…………………..

Bagaimanakah aturan pemberian nama pada senyawa biner anorganik?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

“Selamat bekerja”

Analisis Air dan Bahan Makanan



LEMBAR JAWAB SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AJARAN GASAL 2014/2015
PRODI PENDIDIKAN IPA PPS UNNES

                                                            NAMA            : DIAH IKA RUSMAWATI
                                                            NIM                : 0402513007
                                                            PRODI            : PEND. IPA S2 (KIMIA REGULER)

Nama Mata Kuliah      : KIMIA ANALISIS AIR DAN BAHAN MAKANAN
Kode Mata Kuliah      : P4025212
SKS                             : 2
Semester/Tahun           : Gasal/ 2014-2015
Prodi/Jurusan              : Pendidikan IPA / S2
Pengampu                   : Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si. dan Dr. Sri Wardani, M.Si.
Hari/Tanggal               : Senin-Rabu, 5-7 Januari 2015

1.             Limbah pabrik Polivinil Klorida yang memakai Merkuri sebagai katalis langsung dibuang ke lingkungan yang menimbulkan masyarakat keracunan Metil Merkuri.
Soal:
a.         Apa tanda-tanda orang keracunan merkuri?

Jawab
Merkuri merupakan logam berat yang biasa berada di dalam makanan, air dan udara yang kita hirup. Sebisa mungkin seseorang harus menghindari merkuri masuk kedalam tubuh karena, bisa memicu keracunan cepat atau lambat. Akan tetapi, biasanya kita tak bisa mengontrol dan akhirnya mengonsumsi makanan yang mengandung merkuri, dan air yang kita minum dan udara yang kita hirup. Berikut adalah beberapa tanda-tanda umum dari seseorang yang sudah keracunan merkuri, seperti dilansir naturalnews.

Gangguan pencernaan
Banyak alasan memang saat seseorang mengalami gangguan pencernaan. Tapi salah satu faktor umum yang bisa dipertimbangkan ialah keracunan merkuri. Hal itu dimulai dari mengunyah makanan yang mengandung enzim saliva. Hal itu karena kandungan itu secara bersamaan merangsang pelepasan merkuri ke dalam tubuh. Merkuri itu pun akhirnya bercampur dengan makanan dan bergerak ke saluran pencernaan.
Dalam perut, merkuri akan bergabung dengan asam klorida dan menghasilkan klorida merkuri, yang dapat merusak lapisan perut dan membuat bisul. Tak hanya itu, saat bertemu dengan "bakteri baik" di usus kita. Hal itu akan membuat bakteri itu hancur di dalamnya, yang pada akhirnya menciptakan gangguan pencernaan.  

Gangguan otak
Merkuri adalah lipofilik, yang berarti bergerak leluasa dalam jaringan lemak. Seperti yang diketahui sebagian besar otak terdiri dari lemak. Oleh karenanya, menjadi masuk akal bahwa saat seseorang keracunan merkuri akan juga memengaruhi fungsi otaknya. Efek buruk dari keracunan merkuri tak hanya orang dewasa saja, namun juga anak-anak.

Otot dan nyeri sendi  
Karena merkuri memiliki keleluasaan untuk bergerak dalam jaringan lemak, dan akan cenderung menumpuk sepanjang waktu, hal itu akan memengaruhi otot-otot tubuh. Umumnya, keracunan dari merkuri ialah nyeri sendi, kekakuan dan pembengkakan otot. Tanda-tanda keracunan merkuri dalam sistem muskuloskeletal terdiri otot lembut, otot cepat lelah, sendi jadi kaku, otot-otot jadi kram, dan kelemahan otot. Hal itu sendiri sering dicap sebagai arthritis, fibromyalgia dan multiple sclerosis.
Sumber:

Keracunan mercury (juga dikenal sebagai hydrargyria atau mercurialism) adalah penyakit yang disebabkan oleh paparan merkuri atau senyawanya. Mercury (simbol kimia Hg) merupakan logam berat yang terjadi dalam beberapa bentuk, yang semuanya dapat menghasilkan efek racun dalam dosis cukup tinggi. oksidasi nol Hg  negara ada sebagai uap atau sebagai logam cair, negara mercurous yang Hg+ ada sebagai garam anorganik, dan merkuri negaranya Hg2+ bisa terbentuk baik garam anorganik atau senyawa organomercury; tiga kelompok bervariasi dalam efek. Efek racun termasuk kerusakan pada ginjal, otak, dan paru-paru keracunan Merkuri dapat menyebabkan beberapa penyakit, termasuk acrodynia (penyakit pink), sindrom Hunter-Russel, dan penyakit Minamata.  Gejala biasanya mencakup gangguan sensorik (penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara), sensasi terganggu dan kurangnya koordinasi. Jenis dan derajat gejala dipamerkan tergantung pada toksin individu, dosis, dan metode dan durasi paparan.


Tanda dan gejala
Gejala umum dari keracunan merkuri termasuk neuropati perifer (menyajikan sebagai paresthesia atau gatal, terbakar atau nyeri), perubahan warna kulit (pipi merah muda, ujung jari dan jari kaki), bengkak, dan desquamation (penumpahan kulit). Karena raksa blok jalur degradasi katekolamin, menyebabkan berkeringat berlimpah epinephrine, takikardi (denyut jantung terus-menerus lebih cepat dari normal), air liur meningkat, dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Merkurius diperkirakan untuk menonaktifkan S-adenosyl-metionin, yang diperlukan untuk katabolisme katekolamin oleh transferase katekol-o-metil.
Anak yang terkena bisa menunjukkan pipi merah, hidung dan bibir, kehilangan rambut, gigi, dan kuku, ruam transient, hypotonia (kelemahan otot), dan meningkatkan kepekaan terhadap cahaya. Gejala lain mungkin termasuk disfungsi ginjal (misalnya sindrom Fanconi) atau gejala neuropsikiatri seperti lability emosi, gangguan memori, atau insomnia.
Sumber:

Tanda-tanda dan gejala keracunan akibat tercemar merkurium

Akut :
Radang paru-paru (pnemonitis), bronchitis, rasa sakit pada dada (dada sesak), batuk, rasa seperti logam, mual, sakit pada bagian abdomen, daire dan muntah, sakit kepala, garis gelap pada gusi (karena merkurium sulfida), gigi lepas (copot), luka pada bibir dan dagu, gejala-gejala psikopatologis, otot gemetar.

Kronis (pada mulut dan wajah)
Peradangan, gusi berasa tawar, radang gusi (gingivitis), gigi lepas (copot) karena kerusakan rongga gigi, berkurang atau bertambahnya air liur, Stomatitis (radang mulut) dan lidah gemetar, iritasi pada nasal, epistaxis (perdarahan pada hidung), gangguan selera dan bau, kehilangan nafsu makan, wajah terlihat pucat.

Gangguan syaraf
Gemetar pada kelopak mata dan otot jari, tangan dan kaki; penyakit syaraf, paresthesias (rasa sakit seperti tertusuk dan geli pada kulit), kehilangan keseimbangan, lutut yang terhentak-hentak secara berlebihan, refleksi plantar yang berubah, berkeringat dan kemerah-merahan, perubahan kepribadian, eretisme (ketidaknormalan emosi/terlalu peka), lekas marah, kritis, mudah terangsang, kemurungan jiwa, kertekan, merasa malu, perasaan takut, murung, lelah, lemah, mudah mengantuk, gangguan daya ingat.
Sumber:

Soal:
b.        Bagaimana cara analisis adanya Mercuri di perairan, jelaskan dan beri salah satu contoh  langkah-langkah analisis kualitatif dan kuantitatif keberadaan merkuri.

Jawaban:
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan terlarut dan partikulat. Sumber pencemar dapat berupa suatu lokasi tertentu atau tersebar. Sumber pencemar misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri. Berdasarkan cara masukya polutan ke dalam lingkungan sehingga dibagi dua kelompok, polutan alamiah dan antropogenik. Polutan alamiah merupakan bahan pencemar yang memasuki suatu lingkungan secara alami. Polutan jenis ini sukar dikendalikan. Polutan antropogenik adalah polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia misalnya kegiatan domestik, urban maupun industri. Intensitas polutan ini dapat dengan mudah dikendalikan. Senyawa anorganik terdiri dari logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Davis dan Cornwell (1991) dalam Effendi (2003) mengemukakan bahwa bahan yang dianggap toksik adalah As, Ba, Cd, Cr, Pb, Hg, Se dan Ag. Senyawa anorganik berasal dari limbah domestik dan industri. Dalam tubuh makhluk hidup logam berat akan mengalami biokonsentrasi dan bioakumulasi sehingga kadarnya semakin lama semakin besar. Logam berat juga mengalami magnefikasi sehinga kadarnya berbanding lurus dengan posisi pada rantai makanan. Logam berat pun menyebabkan gangguan proses fisiologis pada organisme akuatik. Tumbuhan air dan algae dapat menyerap logam dalam konsentrasi tinggi pada kondisi pH rendah.
Logam berat merupakan unsur yang memiliki berat valensi tinggi. Klasifikasi logam berat sendiri kebanyakan berupa unsur-unsur berikut As, Hg, Pb, Cd dan Cr. Dari 5 unsur tersebut yang memiliki sifat paling toksik adalah Hg. Pada perairan alami, Hg hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Hg merupakan satu-satunya logam yang berfasa cair dalam suhu normal. Hg terserap dalam bahan-bahan partikulat dan mengalami presipitasi. Sumber alami Hg yang paling umum adalah cinnabar (HgS). Selain itu mineral sulfida misalnya sphalterite (ZnS), wurtzite (ZnS), chalcopyrite (CuFeS) dan galena (PbS) juga mengandung Hg. Pelapukan bermacam-macam batuan dan erosi tanah dapat melepaskan Hg dalam lingkungan perairan. Kadar Hg pada perairan tawar alami berkisar antara 10 – 100 mg/L. Sedangkan pada laut berkisar < 10 – 30 mg/L. Hg apabila masuk ke tubuh manusia akan terserap dalam usus dan terakumulasi dalam ginjal dan hati. Metil merkuri diangkat oleh sel darah merah dan dapat mengakibatkan kerusakan otak. Ion metil merkuri lima puluh kali lebiih toksik dibandingkan garam-garam merkuri anorganik lainnya. Senyawa merkuri memiliki masa retensi lebih lama di dalam tubuh manusia.

Analisis Kualitatif
Alat dan Bahan
a.      Alat yang digunakan
1)      Beaker glass
2)      Tabung reaksi dan raknya
3)      Pipet tetes
4)      Pipet ukur dan bulb
5)      Saluran gas
b.      Bahan yang diperlukan
1)      Contoh uji berupa air limbah
2)      Asam asetat
3)      Phyrite
4)      Beberapa jenis larutan asam pekat

Cara Kerja
a.         Mempersiapkan 5 mL contoh uji dalam tabung reaksi.
b.        Menambahkan beberapa tetes asam asetat hingga tercapai kondisi pH rendah.
c.         Menambahkan gas melalui saluran yang telah dipersiapkan (gas merupakan hasil reaksi phyrite dengan larutan asam kuat).
d.        Mengamati perubahan yang terjadi.
e.         Bila timbul endapan hitam berarti contoh uji positif mengandung logam berat (Hg).

Sumber:


Analisis Kuantitatif
Alat dan Bahan
a.      Alat yang digunakan
1)        Neraca Analitik (Shimadzu AW-220)
2)        Tanur (Sibata Acs-AN)
3)        Hot Plate(Lab Companion HP-3000)
4)        Spektrofotometer Serapan Atom (Shimadzu AA-6200) yang dilengkapi dengan computer
5)        Mercury Vaporise Unit (MVU) (Shimadzu A-1)
6)        Blender (Philips Cucina HR-1799)
7)        Peralatan gelas lain yang digunakan dalam laboratorium.
b.      Bahan yang digunakan
1)        Amonium hidroksida
2)        Asam nitrat
3)        Asam sulfat
4)        Ditizon
5)        Hidroksilamin hidroklorida
6)        Natrium sulfide
7)        Kalium permanganate
8)        Kloroform
9)        Kristal kalium sianida
10)    Timah klorida
11)    Larutan standar merkuri
12)    Air suling (laboratorium bapedalda)
13)    Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah daging rajungan (portunus pelagicus) segar yang berasal dari tempat pelelangan ikan (TPI) gabion.
Cara Kerja
Analisa kuantitatif dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Untuk logam merkuri kepekaan alat minimal 0,001 mcg/1, timbal 0,010 mcg/ml dan kadmium 0,004 mcg/ml.




Pembuatan Kurva Kalibrasi
Larutan Standar Merkuri
1)        Dari larutan standar merkuri dengan konsentrasi 1000 mcg/ml dipipet sebanyak 10 ml.
2)        10 mL larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditepatkan sampai garis tanda dengan larutan HNO3 10% V/V
3)        Larutan dikocok homogen sehingga diperoleh larutan merkuri dengan konsentrasi 100 mcg/ml.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Merkuri
1)        Larutan kerja untuk pembuatan kurva kalibrasi logam merkuri dibuat dengan memipet 0,0 ml; 0,25 ml; 0,50 ml; 0,75 ml; 1,00 ml; 1,25 ml larutan induk 100 mcg/ml lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
2)        Kemudian ditambahkan 50 ml akuades bebas merkuri, ditambah 20 ml H2SO4 95-97% dan 20 ml KMnO45% b/v.
3)        Setelah itu ditambahkan hidroksilamin hidroklorida 10% tetes demi tetes hingga warna ungu dari permanganat hilang.
4)        Larutan ditepatkan sampai garis tanda dengan air suling, lalu dikocok hingga homogen (larutan kerja ini mengandung 0; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,25 mcg/ml merkuri).
5)        Kemudian masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang 253,6 nm dengan Spektrofotometri Serapan Atom.
Analisis Logam Dalam Sampel
1)        Larutan sampel yang berasal dari hasil destruksi daging rajungan dimasukkan dalam tabung tertutup pada MVU yang dilengkapi penghisap.
2)        Kemudian ditambahkan 5 ml SnCl210% b/v dan diukur serapannya dengan Spektrofotometri Serapan Atom tanpa nyala pada panjang gelombang 253,6 nm.
3)        Konsentrasi merkuri dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Kadar merkuri sebenarnya dapat dihitung dari konsentrasi tersebut, menurut rumus di bawah ini:
Kadar merkuri (mg/kg) =
Sumber:
Lubis, H. dan Aman, C. 2008. Pemeriksaan Kandungan Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal dari TPI Gabion Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Majalah Kedokteran Nusantara. 41 (1).


Soal:
c.         Bagaimana cara pengobatan orang yang keracunan Metil Merkuri? Apa dasarnya.
Jawaban:
Merkuri dalam bentuk yang mudah menguap (vapor mercury) lebih cepat disebarkan ke seluruh tubuh dibandingkan bentuk merkuri lainnya dan lebih menimbulkan efek beracun pada sistem syaraf pusat dan bagian tubuh lainnya. Dengan cepat melewati penghalang blood-brain dan terakumulasi di otak dan kelenjar pituitary yang menyebabkan kerusakan syaraf dan sistem endokrin. Selain itu, juga bisa menembus membran sel termasuk plasenta wanita hamil sehingga merkuri anorganik terakumulasi pada otak, kelenjar pituitary, dan ginjal di janin yang sedang tumbuh. Riset lanjutan mengatakan bahwa kondisi janin pada wanita hamil, ”ada bukti yang mengindikasikan bahwa merkuri yang menguap 10 kali lebih beracun daripada metil merkuri”.
Merkuri organik (metil mercury), ini adalah bentuk uap merkuri yang telah dioksidasi atau dikonversikan menjadi bentuk organik yang bioakumulasi pada otak, sistem syaraf pusat, hati, ginjal, jantung dan lendir mulut. Kadar merkuri dalam otak dan jantung lebih tinggi setelah tercemar oleh uap merkuri daripada bentuk merkuri lainnya.
Merkuri anorganik (inorganic mercury), hasil temuan riset ternyata menguatirkan. Sementara uap merkuri dan metil merkuri dapat melewati membran sel dan blood-brain barrier, sedangkan merkuri organik tak dapat melewatinya. Merkuri anorganik pada otak (juga di jaringan syaraf dalam tulang punggung) dapat menetap sangat lama, seringkali lebih dari 20 tahun.
Ada banyak sumber yang menyatakan bahwa sumber utama merkuri pada kebanyakan orang adalah tambalan gigi amalgam, khususnya amalgam yang tercampur dalam air liur. Kebanyakan merkuri dalam air liur adalah organik, sejak bakteri mulut dan organisme lainnya dalam tubuh mengubah metil merkuri anorganik menjadi bentuk merkuri organik. Dalam suatu riset, beberapa orang di tes, yang tidak makan ikan ditemukan mempunyai kadar metil merkuri yang tinggi. Merkuri dari amalagam mengandung metil yang disebabkan oleh bakteri dan candida albicans yang terdapat di dalam mulut dan usus. Sekali saja uap merkuri (metil merkuri) dikonversikan menjadi merkuri anorganik dalam sel atau otak, maka merkuri tidak akan bisa keluar dari membran sel atau blood-brain barrier. Merkuri mempunyai usia yang sangat panjang di otak (mencapai 20 tahun), berdasarkan Swedish Medical Journal (1986).
Sumber:
Pencegahan
Bila memungkinkan, merkuri hendaknya dikelola dalam sistem bersekat rapat dan higine yang ketat hendaknya ditekankan di tempat kerja. Lebih lanjut, penting pula dicegah:
1.      Terlepasnya merkuri dari container
2.      Penyebaran percikan merkuri di udara
3.      Infiltrasi merkuri pada retakan dan celah-celah lantai atau meja kerja (ini menyebabkan penguapan yang berlangsung lama).
Uap merkuri dan debu yang mengandung senyawa merkuri hendaknya ditekan dengan langkah-langkah pengendalian teknis. Pada keadaan darurat termasuk pajanan terhadap kadar merkuri yang tinggi, peralatan pelindung nafas hendaknya dipakai. Batas-batas pajanan unsur merkuri berbeda di berbagai negara antara 0,01 mg/m3 hingga 0,05 mg/m3. Batasan paparan berdasarkan kesehatan yang dianjurkan oleh suatu Kelompok Studi WHO adalah 25 µg/g kreatinin dalam kemih.
Pencegahan bila mungkin adalah substitusi merkuri dengan bahan lain yang kurang berbahaya. Satu contoh substitusi, pembuatan cermin yang dulu memakai amalgam timah putih diubah dengan menggunakan larutan amoniakal perak nitrat, dan ternyata cermin yang dihasilkan lebih baik. Pencegahan harus dijalankan di tambang-tambang tempat bijih merkuri
diambil, yaitu dengan ventilasi, pengeboran basah, dan pemakaian masker yang dapat menahan uap merkuri. Di pabrik-pabrik yang membuat barometer dan termometer, lantai harus rata, licin, tidak boleh retak sehingga kalau terjadi penumpahan merkuri akan segera dapat dibersihkan. Ventilasi umum di pabrik-pabrik yang menggunakan merkuri tidaklah baik, karena ventilasi memperhebat terjadinya penguapan merkuri. Pemeriksaan kesehatan berkala, permasuk pemeriksaan gigi dan mulut sangat membantu dalam menentukan keracunan sedini mungkin (Lubis,2002).
Penanggulangan
Keracunan Akut
Tindakan gawat darurat pada keracunan akut yaitu dengan melakukan pengurasan lambung dengan air atau usahakan untuk muntah dan diberi obat cuci perut (Sartono,2002: 219-218). Atau berikan antidot yaitu dimerkaprol dan dengan hemodialisis akan mempercepat pegeluaran kompleks merkuri dengan dimerkaprol. Penggunaan silamin juga efektif. Baik dimerkaprol maupun penisilamin, efektif terhadap efek neurologik dari senyawa alkil merkuri. Antidot khelat terus diberikan sampai kadar merkuri dalam urin turun di bawah 50 mikrogram/24 jam (Sartono,2002: 219-218).
Adapun tindakan umum yang biasa dilakukan, yaitu:
1.      atasi syok dan anuria yang terjadi
2.      setelah dilakukan endoskopi, atasi luka yang terjadi pada saluran cerna. Peberian 12-22,5 mg neostigmin dan 2-3 mg atropin sulfat setiap hari dalam dosis terbagi akan meningkatkan kekuatan otot pada keracunan senyawa alkil merkuri yang dalam keadaan terlambat.
Keracunan Kronik
Hindari kontak lebih lanjut, berikan dimerkaprol dan atasi oliguria yang terjadi.tetap diberikan nutrisi (Sartono,2002: 219-218)
Sumber:

Soal:
d.        Bagaimana penanggulangan limbah Merkuri?

Jawaban:
http://www.menlh.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Minamata-1.jpg
Kumamoto, Jepang, 10 Oktober 2013. Hari ini delegasi dari 121 negara menandatangani konvensi tentang merkuri yang dinamakan Konvensi Minamata. Penamaaan konvensi mencerminkan semangat bersama untuk tidak mengulangi tragedi kemanusian akibat pencemaran merkuri di Teluk Minamata. Merkuri atau yang dikenal dengan air raksa merupakan logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar, mudah menguap dan persisten. Merkuri pada saat ini masih digunakan oleh berbagai industri seperti lampu, alat ukur (termometer, sphygnometer), pertambangan emas skala kecil, dan amalgam tambal gigi. Penandatanganan Konvensi Minamata untuk merkuri ini dilakukan dalam Konferensi Diplomatik (Plenipotentiaries Conference) untuk merkuri yang dihadiri oleh Kepala Pemerintahan, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Lingkungan Hidup. Konferensi Diplomatik ini dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Nobuteru Ishihara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Balthasar Bambuaya, MBA.
Penandatanganan Konvensi ini dilakukan setelah empat tahun proses negosisasi Perjanjian Internasional (Konvensi) merkuri yang dimulai dengan persetujuan Menteri-menteri Lingkungan sedunia di Nairobi pada 2009 untuk mengurangi dampak merkuri sebagai pencemar global. Setelah ditandatangani konvensi ini, akan dilakukan entry into force pada tahun 2017. Konvensi Minamata ini mengatur tentang perdagangan, produk dan prosesnya, pertambangan emas skala kecil, pengelolaan limbah merkuri, pendanaan, dan transfer teknologi.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Lingkungan Hidup Jepang menyampaikan duka cita yang mendalam terhadap para korban yang kehilangan nyawa dan juga menyampaikan simpati kepada para korban yang menderita akibat penyakit Minamata (minamata disease) ini serta keluarganya. Nobuteru Ishihara menyampaikan bahwa dahulu sebelum tragedi terjadi, Minamata merupakan perairan yang sangat indah, akan tetapi ketika laut dicemarkan oleh merkuri dari pabrik kimia petaka penyakit minamata terjadi.
Tragedi Minamata yang terjadi di Teluk Minamata merupakan pelajaran yang berharga bagi pengelolaan lingkungan dan kesehatan manusia akibat ketidakhati-hatian industri dan pemerintah. Pencemaran metil merkuri akibat air limbah dari pabrik kimia PT Chisso telah merubah kehidupan di Teluk Minamata, Kumamoto Jepang. Tragedi ini terjadi akibat masyarakat yang mengkonsumsi hasil laut (ikan dan kerang) yang mengandung metil merkuri yang dapat menyebabkan Penyakit Minamata akibat akumulasi metil merkuri di dalam tubuh. Penyakit Minamata menyerang sistem syaraf yang tidak hanya menyebabkan penderitaan dan kematian korban penyakit Minamata, akan tetapi mewariskan dampak kepada anak-anak yang dilahirkan menjadi cacat.
Belajar dari tragedi Pencemaran Merkuri di Minamata, saatnya bangsa Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius terhadap penggunaan merkuri di Indonesia. Menteri Lingkungan Hidup RI, Prof. Balthasar Kambuaya menekankan, “penyakit Minamata dapat terjadi dimana saja termasuk di Indonesia akibat kecerobohan kita. Untuk itu, Indonesia harus segera mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan merkuri pada kegiatan industri di Indonesia, termasuk yang digunakan pada pertambangan emas skala kecil”. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia sangat rawan terhadap perdagangan merkuri yang ilegal.
Setelah mendengar pengalaman langsung dari korban penyakit Minamata, yaitu Masami Ogata dan berbagai film tentang penyakit Minamata, MenLH menyatakan, “penyakit akibat pencemaran merkuri nyata adanya dan apabila tidak dicegah, maka tidak mustahil penyakit Minamata akan terjadi di Indonesia 10-15 tahun ke depan”. Apalagi sejak beberapa tahun ini pertambangan emas skala kecil yang menggunakan merkuri marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti Solok (Sumatera barat), Pongkor (Jawa Barat), Sekotong (NTB), Katingan (Kalteng).
MenLH juga menambahkan bahwa saat ini mungkin belum terlihat dampaknya merkuri pada kesehatan manusia, namun mengingat seriusnya dampak akibat merkuri kepada kesehatan manusia maka diharapkan tragedi Minamata tidak terulang lagi. “Kita tidak boleh main-main dengan bahaya merkuri”, tegas MenLH. Kehadiran Indonesia untuk menandatangani Konvensi Minamata untuk merkuri ini adalah bentuk tanggung jawab Pemerintah untuk melindungi masyarakatnya, tidak hanya untuk generasi sekarang akan tetapi generasi yang akan datang. Selain itu, diperlukan kolaborasi dengan berbagai negara lainnya berkaitan dengan pertukaran informasi, pengalaman, teknologi dan pendanaan.
Disamping kerjasama dengan berbagai pihak dari negara-negara lain, penanganan pencemaran akibat merkuri juga perlu melibatkan berbagai Kementerian dan Instansi, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat. Kehadiran Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri LH ini melibatkan antara lain delegasi dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Untuk menindaklanjuti penanganan merkuri, Menteri LH juga melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Dr. Ryutaro Yatsu untuk membahas pengalaman dan teknologi dalam mengatasi persoalan merkuri. Selain itu, Menteri LH juga melakukan pertemuan dengan pihak lain termasuk UNIDO.
Sumber:

Upaya pengurangan resiko bahaya terhadap lingkungan
1.        Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut droste (1994), dari rangkaian proses tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20–90 %.
2.        Pada proses pemanasan/pemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh dari pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin.
Sumber:
Soal:
2.       Buatlah laporan praktikum lengkap, salah satu mata acara praktikum yang saudara telah lakukan kemaren di laboratorium Kimia Gd D8 FMIPA UNNES.
Jawaban:
Materi             : Analisis Bahan Makanan (Zat Aditif Makanan)

A.     JUDUL   : Analisis Senyawa Benzoat pada Kecap Manis yang ada di Pasaran Kota
  Semarang
B.       TUJUAN
Percobaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa benzoate pada kecap manis yang ada di pasaran kota Semarang.

C.      DASAR TEORI
Dewasa  ini,  makanan  dan  minuman yang  dihasilkan  oleh  industri  makanan  diolah sedemikian rupa sehingga makanan dan  minuman  dapat  disukai  oleh  konsumen,  salah  satunya  yaitu  dengan menambahkan  bahan kimia sebagai bahan tambahan  makanan  (Wilga  dalam  Siaka, 2001). Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau  sering  pula disebut Bahan Tambahan Pangan  (BTP)  adalah  bahan  yang ditambahkan  ke  dalam  makanan  untuk mempengaruhi  sifat  ataupun  bentuk makanan (Yuliarti dalam  Kaunang, 2007). Penambahan  bahan  tambahan  dalam makanan  harus  memiliki  dosis  tertentu karena  bahan  tambahan  makanan  dapat menyebabkan bahaya kesehatan.
Kecap merupakan salah satu  produk yang  banyak  dikonsumsi  oleh  masyarakat baik  ditambahkan  dengan  makanan maupun  tidak.  Kecap  dijadikan  oleh masyarakat  Indonesia  sebagai  menu harian,  sehingga  dari  tahun  ke  tahun kebutuhannya  semakin meningkat (Astawan, 2004). Asam benzoat sering  digunakan  sebagai  bahan  pengawet pada  produk  kecap  agar  waktu  simpan produk  lebih  lama.  Di  Cina,  Jepang  dan Indonesia  kecap  merupakan  bahan makanan  yang  sering  dikonsumsi  sesuai dengan  jenis  makanan,  dan  merupakan sumber  utama  terdapatnya  asam  benzoat sebagai  pengawet makanan (Wibbertmann et al,2000).
Asam  benzoat  adalah  zat  pengawet yang  sering  dipergunakan  dalam  produk kecap. Asam benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan zat pengawet  ini  dalam  produk  kecap  adalah untuk mencegah  pertumbuhan khamir dan bakteri terutama untuk makanan yang telah dibuka  dari  kemasannya.  Jumlah maksimum  asam  benzoat  yang  boleh digunakan adalah 600 mg per kg bahan sesuai  dengan  permenkes No 722/Menkes/per/1X/1988.
Pembatasan penggunaan  asam benzoat  bertujuan  agar  tidak  terjadi keracunan.  Konsumsi  asam  benzoat  yang berlebihan  dalam  suatu  bahan  makanan tidak  dianjurkan  karena  jumlah  zat pengawet  yang  masuk  ke  dalam  tubuh akan  bertambah  dengan  semakin  banyak dan seringnya mengkonsumsi. Hal tersebut akan  diperparah  jika  dibarengi  dengan konsumsi  makanan  awetan  lain  yang mengandung asam benzoat (Lutfi, 2009).
Kebanyakan  produksi  kecap  manis lokal  Manado  hanya  mencantumkan pengawet  natrium  benzoat  pada kemasannya  tanpa  adanya  kadar  yang tertulis  secara  jelas  dalam  kemasan, sehingga  belum  diketahui  apakah  kadar senyawa benzoat yang digunakan melebihi ambang  batas  yang  ditentukan  oleh permenkes  No  722/Menkes/per/1X/1988 atau  tidak.  Selain  itu  belum  pernah dilakukan  penelitian  tentang  senyawa benzoat  yang  terkandung  dalam  kecap manis produksi lokal kota Manado.

D.      VARIABEL, RUMUSAN MASALAH, DAN HIPOTESIS
Variabel
Variabel bebas      : kecap manis
Variabel terikat    : kandungan asam benzoat
Variable control   : alat yang digunakan
Rumusan Masalah
a.    Apakah kecap manis yang beredar di pasaran kota Semarang mengandung asam benzoat?
Hipotesis
Semakin banyak endapan merah kecoklatan dari sampel maka semakin besar konsentrasi asam benzoate dalam sampel kecap manis tersebut.

E.       ALAT DAN BAHAN
Alat          :
a.       neraca  analitik
b.      kertas  lakmus
c.       kertas saring
d.      corong  pisah
e.       pemanas  listrik
f.       tabung  reaksi
g.      labu  ukur
h.      gelas  kimia
i.        batang pengaduk
j.        erlenmeyer
k.      pipet
Bahan      :
a.       Akuades
b.      Asam  Benzoat
c.       Eter
d.      Asam  Klorida  (HCl)
e.       Natrium  Hidroksida  (NaOH)
f.       Amonium Hidroksida  (NH4OH)
g.      Natrium  Klorida (NaCl)
h.      Besi (III) Klorida (FeCl3)

F.       CARA KERJA
Analisis Kualitatif
1.      Sampel  kecap  masing-masing diambil sebanyak 20 gram, dimasukkan ke dalam  beker  gelas  dan  di  campur  dengan larutan  NaCl  jenuh  sampai  volume  100 mL.
2.      Ke dalam larutan sampel ditambahkan larutan NaOH 10 % sampai larutan bersifat alkalis,  dan  diaduk  dengan  pengaduk selama  lima  menit,  selanjutnya  larutan dibiarkan  semalam  dan  disaring.
3.      Filtrat yang diperoleh di tambah dengan 10 tetes larutan  HCl  3  M  sampai  larutan  bersifat asam. 
4.      Larutan  yang  bersifat  asam diekstraksi  sebanyak  3  kali  dengan  dietil eter  masing- masing  25  mL. 
5.      Ekstrak  eter dicuci  sebanyak  3  kali  dengan  akuades masing-masing 10 mL, selanjutnya ekstrak eter diuapkan dalam penangas air selama 5 menit  pada  suhu  antara  80- 85oC. 
6.      Larutan didinginkan  dan  ditambah  beberapa  tetes NH4OH  pekat  sampai  larutan  bersifat alkalis. 
7.      Kelebihan  amoniak  dihilangkan dengan  penguapan  di  atas  penangas  air, kemudian  larutan  di  tambah  dengan beberapa  tetes  larutan  FeCl3  5 %. 
8.      Apabila terbentuk  endapan  berwarna  kecoklatan menunjukkan adanya asam  benzoat dalam sampel (Helrich, 1990).
Menurut  Dean  (1987)  penambahan FeCl3  ke dalam larutan asam benzoat yang telah  dinetralisasi  dengan  amoniak  akan menghasilkan  endapan  asam  benzoat berwarna coklat kemerahan.

G.      DATA PENGAMATAN
Analisis Kualitatif
No
Bahan
Keterangan
(Setelah Penambahan FeCl3)
1.
Larutan Asam Benzoat
Terdapat endapan berwarna merah kecoklatan
2.
Kecap Manis ABC
Larutan berwarna merah kecoklatan dan terdapat sedikit endapan

H.      PEMBAHASAN
Penelitian  secara  kualitatif  yang dilakukan pada semua sampel menunjukan adanya  asam  benzoat  yang  terkandung didalamnya,  yang  dinyatakan  dengan terbentuknya  endapan  benzoat  yang berwarna coklat  kemerahan. Analisis  kualitatif  yang  dilakukan terhadap  sampel  bertujuan  untuk menunjukan  adanya  asam  benzoat  dalam sampel  kecap  manis.  Pada sampel  kecap manis  (Kecap ABC sachet harga Rp 500,-) sebanyak  10  gram  ditambahkan larutan  garam  NaCl  jenuh  yang  bertujuan untuk  memecahkan  emulsi  kecap  manis, karena pemecahan emulsi  dapat  dilakukan dengan  penambahkan  elektrolit. Penambahan  elektrolit  pada  lapisan  berair akan  mengurangi  kelarutan  komponen dalam  air  misalnya  dengan ditambahkannya  larutan  NaCl. Penambahan larutan NaCl jenuh bertujuan untuk  menambah  tingkat  ionisasi  dari  air menjadi  polar  sehingga  tingkat  tidak bercampurnya  air  dengan  dietil  eter  akan bertambah  yang  bermanfaat  dalam pemisahan fase.
Asam  Benzoat  merupakan  senyawa yang  kurang  larut  dalam  air  karena merupakan  asam  lemah.  Penambahan NaOH  10%  sebanyak  10  tetes  larutan bersifat  basa  yang  ditunjukan  oleh perubahan  kertas  lakmus  merah  menjadi biru  akan  menyebabkan  molekul  asam benzoat  yang  tidak  terdisosiasi  menjadi garam  benzoat  yang  merupakan  senyawa ion yang mudah larut dalam air.
Perlakuan selanjutnya adalah pengadukan yang  berfungsi  untuk membuat  larutan  menjadi  homogen. Setelah  larutan  dibiarkan  semalam, partikel-partikel terdispersi  yang  tidak larut  dalam  air  seperti  lemak  akan  dapat mengendap  dalam  bentuk  garam  asam lemak.  Penyaringan  dilakukan  agar partikel-partikel  yang  tidak  larut  air  dapat dipisahkan  dari  larutan.  Benzoat akan berada dalam larutan air pada filtrat dalam bentuk garam (Cahyadi, 2006). Percobaan ini larutan hanya didiamkan selama sekitar 2 jam, sehingga dimungkinkan partikel-partikel terdispersi yang tidak larut  dalam  air  seperti  lemak belum mengendap secara keseluruhan menjadi garam asam lemak.
Dilakukan  pencucian  dengan aquades 10 ml sebanyak tiga kali bertujuan untuk  membuat  fase  organik  menjadi bening  (transparan)  dari  warna  merah kecoklatan  yang  merupakan  warna  khas kecap yang terikut dalam proses ekstraksi. Residu  asam  benzoat  dalam  air  yang dihasilkan  dari  pemanasan  ekstrak  sampel ditambahkan  NH4OH  akan  membentuk amonium  benzoat  C6H5COONH4. Namun penambahan  amonium  hidroksida  sampai larutan  bersifat  basa  ditunjukan  oleh perubahan  kertas  lakmus  merah  menjadi biru  menyebabkan  terjadi  kelebihan amoniak,  namun  pemanasan  dalam penangas air  pada suhu 80- 85oC selama 5 menit  dapat  menghilangkan  kelebihan amoniak (Tumalun, 2007).

I.         PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang diperoleh  Analisis  kualitatif  menunjukan semua  sampel  produk  kecap  manis  yang diteliti  menggunakan  asam  benzoate sebagai bahan  pengawet.


J.        DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi,  W.  2007.  Kajian  dan  Aspek Kesehatan  Bahan  Tambahan Pangan.  Edisi  pertama.  Bumi Aksara:Jakarta.

Departemen  Kesehatan  Republik Indonesia. 1988.  Peraturan Menteri kesehatan  Republik  Indonesia Nomor  722/MenKes/Per/IX/88 tentang  Bahan  Tambahan  Pangan. DepKes RI:Jakarta.

Kaunang,  J.  2012.  Identifikasi  dan penetapan Kadar Pengawet Benzoat pada  Saos  Tomat  Produksi  Lokal yang  Beredar  di Pasaran   Kota Manado. Program Studi  Farmasi Universitas Sam ratulangi, Manado.

Lutfi,  A.  2009.  Asam  Benzoat.http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia lingkungan/zat-aditif/asam-benzoat/Siaka,  I  M.  2009.  Analisis  Bahan Pengawet  Benzoat  Pada  Saus Tomat  yang  Beredar  Di  Wilayah Kota Denpasar. FMIPA  Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Tumalun, J. D. 2007.  Analisis Konsentrasi Asam  Benzoat  sebagai  Bahan Pengawet  pada  Saos  Tomat  secara Spektrofotometri  UV-Vis.  FMIPA Universitas  Sam  Ratulangi, Manado.



K.      DOKUMENTASI



















IMG1131A.jpg


IMG1130A.jpg







IMG1136A.jpg,IMG1139A.jpg



Mendiamkan dalam Corong Pisah
 



IMG_20141217_115852.jpg



IMG_20141217_115932.jpg



Hasil Analisis Kualitatif Kandungan Asam Benzoat pada Kecap Manis ABC
 
 






























Soal:
3.             Buatlah petunjuk praktikum lengkap tentang analisis bahan kimia tertentu (pilih salah satu) yang dalam air atau bahan makanan yang sedapat mungkin dapat dilakukan di laboratorium kimia di PT, SMA, atau SMP.

Jawaban:
A.           Judul
Identifikasi Boraks dan Formalin pada Beberapa Makanan

B.            Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya boraks dan formalin pada beberapa makanan yang  sering dikonsumsi masyarakat.

C.           Latar Belakang
Berbicara mengenai bahan kimia maka tidak akan terlepas dari bahayanya. Sekarang ini banyak sekali penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan suatu makanan dan salah satunya adalah bakso, karena bakso termasuk makanan yang tidak dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama dan para konsumen beranggapan bahwa pedagang-pedagang bakso yang dagangannya tidak terjual habis, pasti ada yang menggunakan bahan kimia untuk mengawetkan baksonya. Boraks dan formalin adalah dua jenis bahan kimia yang dapat mengawetkan suatu makanan dalam waktu yang cukup lama.
Kandungan zat berbahaya berupa boraks maupun formalin yang terkandung dalam bakso, mie basah, maupun  ikan asin bukanlah berita baru. Penambahan boraks maupun formalin untuk bakso, mie basah, dan ikan asin memang banyak dilakukan oleh pedagang-pedagang tidak bertanggung jawab, tetapi hingga kini belum diperoleh solusi jitu untuk menghentikan praktik ini. Padahal, konsumsi masyarakat akan bakso, mie basah, dan ikan asin tergolong tinggi karena merupakan salah satu makanan favorit masyarakat. Jadi, masyarakatlah yang menjadi korban akan bahaya zat berbahaya tersebut yang mengancam kesehatan.
Meski masyarakat telah mengetahui terdapat bakso, mie basah, dan ikan asin yang mengandung boraks dan formalin, tetapi sebagian belum dapat membedakan antara bakso, mie basah, dan ikan asin yang mengandung boraks dan formalin dengan bakso, mie basah, dan ikan asin yang aman dikonsumsi. Oleh karena itu, pada praktikum ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengidentifikasi kandungan boraks dan formalin pada bakso, mie basah, dan ikan asin.

D.           Alat dan Bahan
Alat
1.             Cawan Porselin
2.             Beker glass
3.             Pipet tetes
4.             Pisau/cutter
5.             Lumping dan alu
6.             Pembakar spirtus, kaki tiga, dan kasa
7.             Korek api
Bahan
1.    Bakso
2.    Mie Basah
3.    Ikan Asin
4.    Larutan KMnO4
5.    Etanol
6.    H2SO4 p.a
7.    Air Kunyit
8.    Aquades

E.            Cara Kerja
Prosedur uji kandungan formalin pada bakso, mie basah, dan ikan asin
1.        Menyiapkan alat dan bahan.
2.        Memotong-motong bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.        Meletakkan potongan-potongan bakso ke dalam beker glass berisi aquades yang telah dipanaskan sekitar 60oC.
4.        Meneteskan 3 tetes H2SO4 p.a ke dalam beker glass yang berisi potongan-potongan bakso.
5.        Mengambil larutan KMNO4 pada wadah dengan menggunakan pipet tetes.
6.        Meneteskan larutan tersebut ke dalam beker glass berisi potongan-potongan bakso yang sebelumnya sudah ditetesi H2SO4 p.a.
7.        Menggoyang-goyangkan beker glass sambil mengamati perubahan yang terjadi.
8.        Menetesi kembali beker glass berisi potongan-potongan bakso menggunakan larutan KMnO4, setiap penetesan diamati perubahan warna yang terjadi.
9.        Mencatat dan memotret hasil pengamatan.
10.    Mengulang poin 2-9, dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
11.    Jika larutan yang berisi bahan makanan tersebut ketika di tetesi KMnO4 warnanya cepat memudar menjadi bening, maka makanan tersebut (bakso, mie basah, dan ikan asin) positif mengandung formalin.
Prosedur uji kandungan boraks pada bakso, mie basah, dan ikan asin
1.        Menyiapkan alat dan bahan.
2.        Memotong-motong bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.        Menghaluskan potongan-potongan bakso menggunakan lumping dan alu agar cepat kering ketika dipanaskan.
4.        Meletakkan bakso yang sudah dihaluskan ke dalam cawan porselin.
5.        Memanaskan bakso dalam cawan porselin hingga kering menggunakan pembakar spirtus.
6.        Menetesi 3 tetes H2SO4 p.a pada cawan porselin berisi bakso yang sudah kering.
7.        Mengambil larutan etanol dengan menggunakan pipet tetes dan meneteskan larutan tersebut ke dalam cawan porselin.
8.        Menunggu beberapa saat (± 1 menit), kemudian membakar korek api lalu menyulutkannya ke masing-masing cawan porselin.
9.        Mencatat dan memotret hasil pengamatan.
10.    Mengulangi poin 2-9 dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
11.    Jika nyala api hijau kebiru-biruan, maka makanan tersebut (bakso, mie basah, dan ikan asin) positif mengandung boraks.
Prosedur uji kandungan boraks pada bakso, mie basah, dan ikan asin dengan cara sederhana
1.        Menyiapkan alat dan bahan.
2.        Memotong-motong bakso dengan pisau/cutter menjadi beberapa bagian-bagian kecil.
3.        Meletakkan potongan-potongan bakso ke dalam beker glass berisi aquades yang telah dipanaskan sekitar 60oC.
4.        Meneteskan 3 tetes H2SO4 p.a ke dalam beker glass yang berisi potongan-potongan bakso.
5.        Mengambil air kunyit pada wadah dengan menggunakan pipet tetes.
6.        Meneteskan beberapa tetes air kunyit ke dalam beker glass berisi potongan-potongan bakso yang sebelumnya sudah ditetesi H2SO4 p.a.
7.        Menggoyang-goyangkan beker glass sambil mengamati perubahan yang terjadi.
8.        Mencatat dan memotret hasil pengamatan.
9.        Mengulang poin 2-9, dengan mengganti bahan yang diuji yaitu mie basah dan ikan asin.
10.    Jika larutan yang berisi bahan makanan tersebut setelah di tetesi air kunyit warnanya berubah dari kuning kecoklatan ke warna merah, maka makanan tersebut (bakso, mie basah, dan ikan asin) positif mengandung boraks. Air kunyit digunakan sebagai indicator dari boraks.

Daftar Pustaka
Raztaman, 2010. Makalah Uji Coba Makanan (Formalin dan Boraks), (online), (http://genesha-raztaman.blogspot.com/.
http://rachmitadewii.blogspot.com/2013/12/v-behaviorurldefaultvmlo_7617.html